Selasa, 30 Maret 2010

Konsep Dasar pendidikan Islam

A. Hakekat Pendidikan islam.
Islam sebagai agama dan sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan.Hal ini terlihat jelas dalam berbagai konsep dalam ajaran islam itu sendiri.Salah satu diantaranya melalui pendekatan terminologi.Islam itu memuat berbagai macam makna,salah satunya yaitu kata Sullam yang makna asalnya adalah tangga.Apa bila kita kaitkan dengan pendidikan makna ini setara dengan makna peningkatan kualitas sumber daya insani.
Islam sangat memperhatikan peningkatan kualitas umatnya,baik dari segi ilmu pengetahuan,amalan ataupun ibadah.Rasulullah pernah mengingatkan umatnya dalam sebuah sabdanya “orang yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin adlah orang yang merugi”.
Dari sabda Rasulullah SAW ini dapatlah kita kita lihat,salah satu konsep islam adalah umatnya harus selalu meningkat dari hari kehari,baik dari segi ilmu pengetahuan,peribadatan,dan juga amalan-amalan lainnya.
Untuk menciptakan suatu peningkatan yang fositif dalam diri manusia dibutuhkan pendidikan.Manusia sulit untuk mencapai suatu peningkatan kualitas hidup dan amalnya,apa bila manusia tersebut tidak mengetahui cara unutk meningkatkan kualitas hidupnya.Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani.
Oleh karena itu,maka konsep pendidikan menurut pandangan islam harus dirujuk dari berbagai macam aspek,antara lain aspek keagamaan,aspek kesejahteraan,aspek kebasahasaan,aspek ruang lingkup dan aspek tanggung jawab.
Yang dimaksud dengan aspek keagamaan adalah bagaimana hubungan islam sebagai agama dengan pendidikan.Maksudnya apakah ajaran islam memuat inormasi pendidikan hingga dapat dijadikan sumber rujukan dalam penyususnan konsep pendidikan.
Sedangkan aspek kesejahteraan merujuk kepada latar belakang sejarh pemikiran para ahli tentang pendidikan dalam islam dari zaman kezaman,lebih khusus lagi ada tidaknya peran islam dalam bidang pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan hidup manusia.
Kemudian yang dimaksud dengan aspek kebahasaan, adalah bagaimana pembentukan konsep pendidikan atas dasar pemahaman secara etimologi.
Apa bila kita merujuk kepada informasi Al-quran pendidikan mencakup seluruh aspek jagad raya ini,bukan hanya terbatas pada manusia semata,yakni dengan menempatka Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung.Kosa kata Rabba (رب ) yang dirujuk sebagai akar kata dari konsep (تربية ) atau pendidikan,pada hakikatnya merujuk kepada Allah sebagai Murabbi (pendidik) sekalian alam.
Kemudian sebagai landasan pemikiran berikutnya dalam pendidikan islam dapat dirujuk kata ( تا ديب ).Sebagai unsur rujukan dari kata ta’dib adalh hadis nabi yang berbunyi: “aku dididik oleh Tuhanku maka ia memberikan kepadaku sebaik-baik didikan”.
Dari sisni kita lihat bahwa kata ta’dib mengandung pengertian mendidik dan juga sudah merangkum pengertian tarbiyah dan ta’lim.Disamping itu juga pengertian itu mempunyai hubungan erat pendidikan dalam islam.
Selanjutnya aspek ruang lingkup diperlukan untuk mengetahui tentang batas-batas kewenangan pendidikan menurut ajaran islam.
Dengan memperhatikan berbagai macam aspek diatas diharapkan pendidikan islam dapat memberikan arti yang penting bagi penyelenggara pendidikan.Dan pendidikan islam tersebut tidak mengambang dalam menentukan tujuan dari pendidikan tersebut.
Untuk mengetahui hal itu perlu pula digunakan pendekatan yang didasarkan kepada aspek tanggung jawab kependidikan itu sendiri.Tanggung jawab dalam islam sangat penting,sebab ia merupakan bagian dariamanat yang harus ditunaikan olah manusia.Sehubungan dengan itu,maka islam dalam ajarannya senantiasa mengedepankan kewajiban,Mengedepankan kewajiban terlebih dahulu,baru sesudah itu menuntut hak.
Berdasarkan uraian diatas maka konsep pendidikan dapat disusun sesuai dengan hakekat pendidikan menurut ajaran islam.Sebab bagaimanapun konsep pendidikan islam identik dengan ajaran islam itu sendiri.Keduanya tidak mungkin dipisahkan.
Dengan mengetahui tentang hakikat pendidikan islam itu sendiri,diharapkan kita dapat memberikan warna dan tujuan dari pendidikan islam tersebut.Memenuhinya dengan nilai-nilai yang sarat dengan keislaman,dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari pada setiap peserta didik.

B. Tujuan Pendidikan Islam

Banyak dari pakar pendidikan yang merumuskan tentang tujuan pendidikan islam,yang mana tujuan tersebut merupakan stasiun terakhir yang harus dicapai oleh pendidikan tersebut, Diantaranya Dr Zakiah derajat yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan islam secara keseluruhan ,yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insal kamil dengan pola taqwa.
Dari pengertian yang disebutkan diatas dapat kita cermati bahwasannya tujuan pendidikan adalah mencetak manusia untuk menjadi insan kamil dengan pola yang bertaqwa.
Insan kamil adalah manusia yang utuh jasmani dan rohani ,dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal.Kemudian insan kamil tersebut haruslah menghiasi dirinya dengan nilai-nilai keagamaan dalam rangka menjadikan dirinya sebagai hamba Allah swt.
Berbeda dengan Omar at-Toumi al-Syaibani seperti yang dikutip oleh Dr.H. Jalaluddin mengatakan bahwasannya tujuan dari pendidikan islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlaq hingga mencapai akhlaq karimah. Tujuan yang diberikan oleh Omar at-toumi al-Syaibani sama dengan tujuan yang akan dicapai oleh para rasul dan Nabi,yaitu membimbing manusia agar manusia tersebut berakhlaq mulia.
Yang dimaksud dengan akhlaq mulia disini adalah,bagaimana manusia bisa memposisikan dirinya sebagai hamba Allah sehingga manusia tersebut tidak melanggar aturan-aturan Allah dan mengerjakan seluruh suruhan-suruhan Nya.Kemudian manusia tersebut dapat mengadakan interaksi yang baik dengan sesama makhluq Allah dimuka bumi ini,sehingga manusia tidak mengadakan perusakan dimuka bumi Allah dan senantiasa memakmurkan dan melestarikan alam ciptaanAllah.
Kemudian yang terakhir yang dimaksud dengan Akhlaq mulia disini adalah manusia tersebut dapat berakhlag dengan diri pribadi dengan cara menjaga kesinambungan kehidupannya dan tidak menjerumuskan dirinya kepada apa-apa yang dimurkai olah allah.
Adapun menurut Ahmad D Marimba dalam bukunya Pengantar filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan hidup seorang muslim yaitu beribadah kepada Allah. Tujuan ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
Artinya:” Dan tidaklah kami jadikan golongan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.
Menurut H Muzayyin Arifin,tujuan pendidikan islam adalah meciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan tinggi,dimana iman dan taqwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengalamannya dalam masyarakat manusia.Bilamana tidak demikian,maka derajat dan martabat diri pribadinya selaku hamba Allah akan merosot,bahkan akan membahayakan umat manusia lainnya.
Dari tujuan-tujuan yang diberikan oleh para ahli diatas,dapatlah kita mengambil suatu kesimpulan bahwasannya tujuan pendidikan islam adalah mencetak suatu generasi yang dapat mengemban misi penciptaannya dimuka bumi ini yaitu beribadah kepada Allah.mempunyai Akhlaq yang baik dan menjadi perpanjangan tangan dari Allah SWT untuk mengatur,memakmurkan dan melestarikan bumi ini dalam rangka pengabdian kepada Allah Swt.
Untuk menjadikan manusia yang berakhlaq mulia,insan kamil,dan menjadikan manusia sebagai hamba Allah,tidak lain dengan pendidikan. Pendidikan adalah kunci dari berhasil atau tidaknya kita menciptakan apa yang kita katakan dengan insan kamil.akhlaq mulia,dan hamba Allah.
Pendidikan tidak hanya melatih dan menggembleng kognitif para peserta didik, Lebih dari itu pendidikan juga memfokuskan pada perkembangan afektif, psikomotorik dan juga keimanan pesrta didik kepada Allah SWT.
Berapa banyak kita melihat lembaga-lembaga pendidikan yang mencetak kader yang dari segi intelektualnya dapat dibanggakan. Akan tetapi kecerdasan intelektual tersebut tidak diiringi oleh kecerdasan spiritual, sehingga keintelektualannya menjadi dominan dalam dirinya dan mengabaikan nilai-nilai spiritual. Sehingga manusia berjalan akan tetapi berjalannya tanpa ada suatu tujuan yang jelas
Pendidikan islam tidaklah mempunyai tujuan yang seperti itu. Pendidikan islam menyatukan dan mengombinasikan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Yang mana generasi-generasi yang seperti inilah yang diharapkan dapat menjadi pemimpin, mujahid sekaligus mujadid dimuka bumi ini.

C. Fungsi Pendidikan Islam.
Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu secara sadar perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.adapun secara makro (luas) ialah sebagai alat:
1. Pengembangan pribadi
2. Pengembangan warga Negara
3. Pengembangan kebudayaan
4. Pengembangan bangsa.
Sedangkan menurut Muzayyin Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa fungsi dari pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancer.
Berdasarkan fungsi pendidikan diatas,apa bila kita kaitkan dengan pendidikan islam, maka pendidikan islam tersebut merupakan suatu sarana dalam rangka membentuk perkembangan jasmani dan rohani berdasarkan nilai-nilai islami. Pendidikan islam dikatakan sebagai sarana dikarnakan pendidikan tersebut dijadikan wasilah dalam rangka mendidik, mencetak kepribadian manusia dalam rangka mencapai tujuan dari pendidikan islam itu sendiri.
Pada prinsipnya mendidik adalah memberikan tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik. Didalam pengertian memberikan tuntunan telah tersimpulkan suatu dasar pengakuan bahwa anak memiliki daya-daya atau potensi untuk berkembang. Potensi yang ada pada anak akan selalu berkembang. agar potensi tersebut berkembang kearah yang positif, maka anak memerlukan bantuan, bimbingan dan juga arahan. Jika tidak adanya unsur bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik atau anak, maka potensi tersebut tetap tinggal potensi belaka yang tidak sempat diaktualisasikan. Dengan kata lain potensi yang tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan arahan.maka potensi tersebut tidak akan berkembang bahkan akan hilang.


D. Kurikulum Pendidikan Islam.
Menurut al-syaibani,seperti yang dikutip oleh Nur ubaiti dalam bukunya ilmu pendidikan islam, kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social, olah raga, dan kesenian yang disediakan sekolah bagi murid-murid didalam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Dari defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam kurikulum tersebut mempunyai empat unsur utama:
1. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan perkataan lain orang seperti apa yang akan kita bentuk.
2. Pengetahuan, informasi-informasi, data-data pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Bagian ini sering kita sebut dengan mata pelajaran
3. Metode dan cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mendorong siswa dalam belajar dan membawa para siswa tersebut pada tujuan dari kurikulum tersebut.
4. Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum.

Secara lebih singkat lagi dapat kita katakana kurikulum tesebut mengandung tujuan-tujuan, isi atau mata pelajaran, metode mengajar,dan metode penilaian.
Berbicara tentang tujuan-tujuan dari kurikulum tergantung pada tujuan-tujuan yang menjadi misi dalam mazhab-mazhab pendidikan. Mahmud Yunus dalam bukunya At-tarbiyah wa at-ta’lim mengatakan perbedaan kurikulum dalam pendidikan lebih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:



 Perbedaan dalam memahami hakikat dari pendidikan
 Perbedaan dan kecendrungan dalam memahami tujuan hidup

Pemahaman terhadap hakikat dari pendidikan menyebabkan perbedaan dalam penyusunan kurikulum, demikian pula halnya dengan perbedaan dalam tujuan hidup. Manusia yang memandang bahwa tujuan hidupnya adalah dunia, maka kurikulum yang akan disusunnya adalah kurikulum yang menunjang kesuksesan hidup didunia semata,tanpa memperhatikan kehidupan setelah dunia.
Sebagai contoh konkrit dapat kita lihat pada pendidikan orang-orang Sparta(salah satu kerajaan Yunani kuno). Orang-orang Sparta beranggapan bahwa tujuan hidup mereka adalah untuk berbakti kepada Negara, untuk memperkuat Negara. Dan pengertian kuat menurut orang-orang Sparta dalah kekuatan fisik. Untuk menunjang kekuatan fisik tersebut,maka pendidikan pada orang-orang Sparta lebih menitik beratkan pada pendidikan fisik. Otomatis kurikulum dalam pendidikannya memuat tata cara dan aturan-aturan bagaimana membuat peserta didiknya mempunyai fisik yang kuat.
Demikian pula dengan pandangan-pandangan golongan yang lain terhadap tujuan pendidikan yang mempengaruhi golongan tersebut dalam penyusunan kurikulum.

a. Prinsip-prinsip kurikulum
Dalam menyusun kurikulum yang kita gunakan sebagai salah satu alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kita perlu memperhatikan beberapa prinsip yang mendasar dalam kurikullum tersebut, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
 Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama termasuk ajaran dan nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum termasuk falsafah, tujuan, kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan haruslah berdasarkan islam, dan bertujuan untuk membina pribadi dalam membentuk manusia yang islami pula.
 Prinsip kedua adalah menyeluruh pada tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi semua aspek pribadi pelajar, maka kandungannyapun harus meliputi yang berguna untuk membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina akidah ,akal dan jasmaninya. Begitu juga yang bermamfaat bagi masyarakat dan perkembangan spiritual, kebudayaan, social ekonomi, termasuk ilmu agama dan lain-lain
 Prinsip ketiga dalah keseimbangan yang relativ antara tujuan dan kandungan kurikilum. Kalau perhatian pada aspek spiritual dan syariat lebih besar, maka aspek spiritual tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam kehidupan. Ini karena agama islam yang menjadi sumber ilham kurikulum dalam menciptakan falsafah dan tujuannya menekankan kepentingan dunia dan akhirat, serta mengakui pentingnya jasmani akal dan jiwa. Oleh karena itu kaum muslimin harus memilih jalan tengah, keseimbangan dan kesederhanaan dalam segala sesuatu
 Prinsip keempat berkaitan dengan bakat, minat kemampuan dan kebutuhan pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan social tempat pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, lemahiran pengalaman dan sikapnya. Dengan memelihara prinsip ini,kurikulum akan lebih sesuai sifat semula jadi pelajar, lebih memenuhi kebutuhannya dan lebih sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan masyarakat.
 Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individual antara pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga pemeliharaan perbedaan dan kelainan diantara alam sekitar. Pemeliharaan ini dapat menambah kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan pelajar dan masyarakat serta menambahkan fungsi dan gunanya sebagaimana menambahkan keluwesannya
 Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan islam yang menjadi pengambilan filsafah, prinsip,d asar kurikulum. Metode mengajar pendidikan islam mencela sifat meniru (taklid) scara membabi buta atau pun bertahan pada suatu yang kuno yang diwarisi dan mengikuti tampa selidik.Islam mengalahkan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan.
 Prinsip ketujuh adalah prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktiva yang terkandung dalam kurikulum. Begitu juga dengan pertautan antara kandungan dan kebutuhan murid, kebutuhan masyarakat, tuntutan zaman tempat belajar. Begitu juga dengan perkembangan yang logis yang tidak melupakan kebutuhan,bakat,dan minay murid.

Dari prinsip - prinsip diatas dapat kita lihat bahwasannya kurikulum pendidikan islam haruslah meliputi semua faktor yang ada dalam kehidupan manusia. Didalam islam tidak mengenal adanya dikotomi ilmu. Islam adalah agama dan ajaran yang sempurna yang tidak membedakan ilmu dunia dan akhirat. Ilmu yang diberikan Allah tidak lain dan tidak bukan sebagai sarana seorang hamba untuk mengabdi dan lebih mengenal sang pencipta.
Kurikulum Pendidikan islam juga memuat suatu keseimbangan antara aspek spiritual dan aspek kehidupan. Keseimbangan ini diharapkan akan membentuk suatu kepribadian yang dapat hidup ditengah-tengah masyarakat dan meberikan suatu solusi terhadap masalah-masalah yang muncul dimasyarakat.
Umat islam yang dalam kehidupannya hanya menguasai ilmu-ilmu yang syar’I dan melupakan persoalan-persoalan yang berkembang ditengan masyarakat, maka umat tersebut akan berada tertinggal jauh dibelakang, dan kejumudan akan menyelimuti kehidupan umat tersebut. Untuk menghapuskan hal-hal tersebut, maka dalam penyususnan kurikulum pendidikan islam harus adanya keseimbangan, dan kaum muslimin harus memilih jalan tengan,yakni keseimbangan dan kesederhanaan dalam segala sesuatu.

b. Pengklasifikasian kurikulum menurut para ahli.
Imam Al-ghazali menytakan ilmu-ilmu pengetahuan yang harus dijadikan bahan kurikulum lembaga pendidikan yaitu:
 Ilmu-ilmu yang fardhu ‘ain yang wajib dipelajari oleh semua orang islam meliputi ilmu-ilmu agama yakni ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan hadis.
 Ilmu-ilmu yang merupakan fardhu kjfayah, terdiri dari ilmu-ilmu yang dapat dimanfa’atkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, seperti ilmu hitung, ilmu kedokteran. ilmu tekhnik, ilmu pertanian, industry dan lain-lain.

Dari kedua kategori ilmu-ilmu tersebut,Al-Ghazali merinci lagi kurikulum menjadi beberapa bagian:
 Ilmu-ilmu Al-Quran dan ilmu agama seperti Fiqh,Hadist,dan Tafsir
 Ilmu bahasa seperti nahwu,shorof,makhraj,dan lafal-lafalnya yang membantu ilmu agama
 Ilmu-imu yang fardu kifayah,terdiri dari berbagai ilmu yang memudahkan urusan kehidupan duniawi seperti kedokteran,matematika,tekhnonogi,ilmu politik,dan lain sbagainya
 Ilmu kebudayaan,seperti syair,sejarah,dan beberapa cabang filsafat.

Ibnu Sina memberikan klasifikasi ilmu pengetahuan untuk dajarkan kepada anak didik dalam dua macam,yaitu:
 Ilmu Nadari atau ilmu teoritis,yang termasuk dalam jenis ini adalah ilmu alam,ilmu riady (ilmu matematika),ilmu ilahi,yaitu ilmu yang mengandung ikhtibar tentang maujud dari alam dan isinya yang dianalisa secara juur dan jelas.
 Ilmu-ilmu amali (praktis) yang terdiri dari bberapailmu pengetahuan dan prinsip-prinsipnya berdasarkan atas sasaran-sasaran analisisnya.Misalnya ilmu yang menganalisis tentang prilaku manusia dilihat dari aspek social,maka akan timbul ilmu siasah.

Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa seluruh ilmu yang ada dalam Al-quran harus diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu tersebut meliputi:
1. ilmu agama
2. sejarah
3. falak
4. ilmu bumi
5. ilmu jiwa
6. ilmu kedokteran
7. ilmu pertanian
8. biologi
9. ilmu hitung
10. ilmu hokum
11. ilmu kemasyarakatan
12. ilmu ekonomi
13. balaghah
14. serta bahasa Arab.

Menurut penulis, penyusunan kurikulum haruslah sesuai dengan visi ,misi dan tujuan pendidikan islam itu sendiri. Semua yang mendukung dalam rangka tercapainya visi.misi,dan tujuan pendidikan tersebut haruslah diajarkan kepada sisiwa, tanpa membedakan mana pendidikan agama dan pendidikan umum, hal tersebut perlu diperhatikan agar out put yang dihasilkan sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh lembaga pendidikan tersebut.
Penyelenggara Pendidikan Islam harus menyadari bahwa kurikulum pendidikan Islam harus mencerminkan idealitas quran yang tidak memilah-milah jenis disiplin ilmu secara dikotomik, menjadi ilmu agama terpisah dari ilmu-ilmu duniawi yang lazim disebut umat islam khususnya di Indonesia dengan sebutan ilmu pengetahuan umum. Keselarasan dan kesempurnaan tidak akan terwujud, kecuali dengan menyerasikan antara agama dan ilmu pengetahuan.

E. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
a. Pendekatan Sains
Pendekataan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya.
Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip - prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, sehingga ilmu pendidikan dapat di iris-iris menjadi bagian - bagian yang lebih detail dan mendalam.
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti:
• sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan
• psikologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar.
• administrasi atau manajemen pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
• teknologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien.
• evaluasi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
• bimbingan dan konseling adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti sosiologi, teknologi, terutama psikologi .

b. Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains.
Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model diantara nya adalah :
1. model filsafat spekulatif.
2. model filsafat preskriptif.
3. model filsafat analitik.
Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memiliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman.
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.
Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir. (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994).
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya adalah :
1. idealisme
2. materialism
3. realism
4. dan pragmatisme (Ismaun, 2001).

Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme; dan (4) rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003).
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
3. Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam)
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
Pendekatan-pendekatan
Dalam Studi Filsafat pendidikan Islam

A. Pendahuluan
Berbicara tentang filsafat, kita harus tahu terlebih dahulu apa arti filsafat itu sendiri. Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani: philoshophia yang banyak diperoleh pengertian-pengertian, baik secara harfiah atau etimologi. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, gemar, suka dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. filsafat menurut arti katanya dapat diartikan sebagai cinta, cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah juga kebijaksanaan.
Didalam filsafat pendidikan, akan kita jumpai berbagai macam hal baru yang tentunya akan menambah wawasan keilmuan kita. Dan didalam makalah yang singkat ini akan diterangkan mengenai pengertian filsafat, objek kajian filsafat, serta pendekatan pendekatan studi dalam filsafat pendidikan islam.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.Filsafat itu mencerminkan suatu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis
Sedangkan menurut Hamdani Ihsan filsafat pendidikan adalah studi tentang pandangan filosofis dari system dan aliran filsafat dalam islam terhadap masalah-masalah kependidikan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia Muslim dan Umat Islam.
Dari defenisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Fisafat pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan mencurahkan pemikiran dengan semaksimal mungkin dalam rangka memperhatikan masalah pendidikan sekaligus menyelesaikan problem-problem dalam pendidikan itu sendiri berdasarkan islam.
Dengan demikian,jelaslah filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan masalah pendidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat dapat juga kita artikan sebagai teori dengan segala tingkat.
Telah sama-sama kita ketahui berfikir filsafat adalah berfikir yang radikal,menyeluruh serta mendalam terhadap suatu objek. Maka apa bila kita memikirkan pendidikan secara filsafat haruslah berfikir secara menyeluruh apa esensi dari pendidikan itu sendiri.

Apakah pendidikan tersebut hanya sebatas transfer pengetahuan dari pendidik ke anak didiknya? Tentu saja tidak,pendidikan sangatlah luas cakupannya.Karena begitu luasnya cakupan dari pendidikan tersebut,maka kita harus mencurahkan pemikiran dengan sungguh-sungguh dan mendalam tentang apa hakikat dari pendidikan itu sendiri.
Menurut Ahmad D Marimba,pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani oleh si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Masih menurut Marimba,dalam pendidikan terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Usaha (kegiatan);usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar
2. Ada pendidik,atau pembimbing,atau penolong.
3. Ada yang dididik,atau siterdidik
4. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan
5. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.


Apa bila kita perhatikan pengertian yang luas dari pendidikan dapat kita simpulkan bahwasannya pendidikan adalah seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan.Segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan beginya.
Untuk menjadikan proses yang baik tentu saja memerlukan suatu pemikiran yang tepat dan akurat.Tanpa adanya suatu pemikiran yang berkualitas maka kita tidak akan dapat menciptakan proses yang baik dalam pendidikan itu sendiri.Disinlah peran penting filsafat dalam menciptakan suatu proses pendidikan yang dapat memberikan warna yang baru dalam pendidikan islam itu sendiri

C. Analisis Filsafat tentang Masalah Pendidikan

Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan pada hakikatnya keduanya adalah proses yang satu.
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Sebagai contoh, berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya,antaralain:
1. Masalah pendidikan pertama yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan. Mengapa harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia
2. Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia?
3. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu?
4. Sipakah hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pendidikan itu,dan sampai mana tanggung jawab tersebut.Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga ,mastarakat,dan sekolah tehadap pendidikan dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa.
5. Apakah hakikat pribadi manusia itu.Manakah yang lebih utama untuk dididik;akal,perasaan,atau kemauannya,pendidikan jasmani atau rohani, pendidikan skill ataukah intelektualnya, ataukah kesemuanya itu.




D. Obyek Kajian Filsafat Pendidikan
1. Obyek Kajian Filsafat Pendidikan
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan Islam, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
a. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
b. Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
c. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
d. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.

Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
a. Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
b. Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme) ataukah dua zat (dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini disebut materialisme.

Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan.
Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi:
a. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of Education).
b. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of Man).
c. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d. Merumuskan hubungan antara filsafat-filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
e. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
f. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.

Dengan demikian dari uraian tersebut diproleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwasannya filsafat memberikan warna dan corak terhadap pendidikan sekaligus sebagai alat dalam memecahkan masalah,problem pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan.
Selain itu filsafat pendidikan memberikan arah agar teori pendidikan yang dikembangkan mempunyai relevansi dengan kehidupan yang nyata,dengan kata lain mengarahkan teori-teori dan pandangan fiksafat pendidikanyang telah dikembangkan tersebut bias diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.

E. Pendekatan-pendekatan Studi Dalam Filsafat Pendidikan Islam
Dalam melakukan studi tentang Falsafah pendidikan islam dituntut penguasaan ilmu pengetahuan yang melengkapi yang dapat menjadi sumber potensi rujukan pemikiran pemikir bidang tersebut,yang meliputi sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. Ilmu agama islam yang luas dan mendalam
b. Ilmu pengetahuan tentang kebudayaan islam dan umum serta sejarahnya
Filsafat islam dan umum serta ilmu-ilmu cabang kefilsafatan yang kontemporer pada saat ini
c. Ilmu tentang manusia,seperti psikologi dalam segala cabangnya yang relevan dengan pendidikan,serta mengenai perkembangan hidup manusia
d. Sciense dan teknologi yang terutama berkaitan dengan pengembangan hidup orang banyak yang berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan,misalnya teknologi pendidikan
e. Ilmu tentang metode pendidikan dan riset pendidikan
f. Pengalaman tentang teknik-teknik operasional kependidikan dalam masyarakat
g. Ilmu pengetahuan tentang kemasyarakatan.terutama sosialogi pendidikan
h. Ilmu tentang kemanusiaan lainnya,seperti antropologi budaya,ekologi,dan sebagainya
i. Ilmu tentang teori kependidikan atau pedagogis.

Dengan menguasai disiplin ilmu diatas maka seorang pemikir dalam bidang pendidikan dapat merumuskan dan juga mengarahkan pendidikan tersebut kesuatu tujuan penciptaan manusia dimuka bumi ini yaitu sebagai hamba Allah dan juga sebagai Khalifatu Allah fi Al_ardhi.
Selanjutnya menurut Harry Schofield sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Bernadib dalam bukunya filsafat pendidikan,menekankan bahwa ada dua pendekatan dalam studi filsafat pendidikan yaitu:
1. Pendekatan filsafat historis
Dengan pendekatan filsafat historis yaitu dengan cara melakukan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan,mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli sepanjang sejarah.dalam sejarahnya filsafat telah berkembang dalam bentuk sistematika,jenis-jenis dan aliran-aliran filsafat yang tertentu.Oleh karena itu,kalau diajukan pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai macam masalah filosofis dalam bidang pendidikan,jawabannya melekat pada masing-masing system,jenis dan aliran-aliran filsafat tersebut.Dari sekian jawaban tersebut,kemudian dipilih jawaban mana yang sesuai dan dibutuhkan.
Dengan kita menganalisa sejarah perkembangan filsafat,khususnya filsafat
pendidikan maka kita akan melihat pemikiran-pemikiran filosof sebelumnya,yang mana kita ketahui banyak aliran-aliran yang timbul pada lapangan filsafat ini.
Berbedanya pemikiran-pemikiran dari kalangan tokoh filsafat ini, menurut penulis lebih disebabkan oleh pandangan dan pijakan mereka terhadap pendidikan itu sendiri. Maka dengan menganalisa pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh filsafat kita dapat mengambil suata pelajaran ataupun suatu kesimpulan corak pendidikan mana yang sesuai dengan pendidikan kita pada masa sekarang ini.


2. Pendekatan dengan menggunakan filsafat kritis
Adapun yang dimaksud dengan cara pendekatan filsafat kritis,dimaksudkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula,dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan filosofis.
Schofield mengemukakan ada dua cara analisa pokok dalam pendekatan filsafat kritis yaitu:
a. Analisa Bahasa Linguistik.
Analisa Bahasa adalah suatu usaha mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya.Atau dengan kata lain analisa bahasa digunakan untuk mengetahui arti yang sesungguhnya dari sesuatu.
Tanpa adanya analisa linguistic atau bahasa akan sulitlah bagi kita untuk mencerna maksud dan tujuan dari teori-teori ataupun pemikiran-pemikiran filosuf sebelum kita.engan kejahilan kita terhadap pemikiran-pemikiran filosuf tersebut bagi kita maka akan sulit juga bagi kita untuk mencari dan mnerapkan teori-teori mereka dalam pendidikan kita



b. Analisa konsep
Analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah yang mewakili gagasan atau konsep.
Dari kedua pendekatan tersebut diharapkan kepada kita dapat mempelajari filsafat pendidikan dengan baik dan dapat pula kita menganalisis pemikiran-pemikiran filsafat terutama filsapat pendidikan,yang diharapkan dapat menjadi landasan bagi kita dalam rangka memajukan pendidikan yang ada pada masa sekarang ini
Adapun metode atau pendekatan atau yang dipakai Filsafat Pendidikan Islam dalam memecahkan persoalan-persoalan pendidikan adalah:
a. Metode spekulatif dan kontemplatif yang merupakan metode utama dalam setiap cabang filsafat.Kontemplatif atau tafakur adalah berfikir secara mendalam dalam situasi yang tenang dan sunyi untuk mendapatkan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang dipikirkan.
b. Pendekatan normative.Norma artinya nilai,juga berarti aturan atau hukum-hukum.Norma menunjukkan keteraturan suatu system.Nilai juga menunjukkan baik buruk,berguna tidak bergunanya sesuatu.Norma juga akan menunjukkan arah gerak sesuatu aktivitas.

c. Pendekatan ilmiah terhadap masalah actual,yang pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola berfikir rasional,empiris dan eksprimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat islam.
d. Pendekatan yang bersifat komprehensip dan terpadu,antara sumber-sumber naqli,akli,dan imani.

Demikian beberapa pendekatan filosofis yang mungkin digunakan dalam memecahkan problematika pendidikan dikalangan umat islam. Adapun pendekatan mana yang kiranya efektif dan efisien tentunya tergantung pada sifat,bentuk dan ciri khusus problema yang dihadapi.Yang jelas bahwa masalah pendidikan adalah masalah manusia yang menurut ajaran islam adalah merupakan khalifah Allah yang memilki potensi-potensi manusiawi,maka pendekatan filsafat pendidikan islam,haruslah pendekatan yang melibatkan seluruh aspek dan potensi manusia.





Daftar pustaka
• Muzayyin Arifin,Filsafat pendidikan Islam.Bumi Aksara,Jakarta tahun 2009
• Zuhairini,Filsafat pendidikan islam,Bumi Aksara,Jakarta,Tahun2008
• Ahmad D Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Al-Ma’arif Bandung
Tahun1962
• Hamdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Pustaka Setia Bandung,Tahun2007
• Uyoh sadullah,Pengantar Filsafat Pendidikan,Alfabeta,Bandung ,tahun2007
• Saifullah Ali,Antara filsafat dan pendidikan,Surabaya.tahun 1997



Kesimpulan
Berfikir secara filsafat adalah berfkir secara mendalam,kritis,dan radikal dalam rangka menemukan kebenaran terhadap objek-objek yang sedang dikaji.
Demikian juga halnya dengan filsafat pendidikan islam yang mencoba untuk memecahkan sekaligus memberikan jawaban-jawaban dalam berbagai masalah pendidikan,terutama pendidikan islam.
Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan.Filsafat itu mencerminkan suatu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis
Dengan mempelajari fiksafat pendidikan islam diharapkan kepada kita dapat menentukan dasar-dasar dan prinsip-prinsip dalam pendidikan tersebut dan memberikan warna yang baik dalam pendidikan islam .
Ada dua pendekatan dalam studi filsafat pendidikan islam,pertama.pendekatan filsafat historis.Dengan pendekatan ini kita akan mengetahui perkembangan pemikiran filsafat dalam bidang pendidikan,sekaligus mengetahui konsep-konsep pendidikan dari berbagai aliran dalam filsafat.Kedua,pendekatan dengan filsafat kritis dimaksudkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula,dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan filosofis.
Wallahu a’lamu bissawab

Jumat, 19 Maret 2010

Sholat tahajud sumber kekuatan jiwa

Sholat malam atau sholat tahajud adalah sumber kekuatan jiwa yang telah diungkapkan didalam sejarah kehidupan Rasulullah dan sejarah perjalanan da'wah islamiyah.Ketika Nabi telah menerima wahyu pertama dan ajaran islam telah disisarkan dengan diam-diam,karena terus diawasi oleh kaum Quraisy,maka tantanganpun datang lebih kejam dari kaum Qurays.Tantangan itu berupa fitnah yang memojokkan Nabi Muhammad dan umat islam dengan berbagai macam tuduhan

Setelah nabi menerima wahyu pertama,kemudian diiringi dengan perintah bangkit dan bergerak membesarkan Allah pada surat kedua,yaitu: Al-mudats-tsir,yang telah membayangkan akan resiko dan akibat-akibat yang akan dialami oleh Rasulullah,

Oleh karena tugas dakwah meng- EsakanAllah adalah tugas yang berat,tantangan dari orang-orang Qurasy tidak dapat dihindarkan.Timbul pertanyaan apa senjata Rasulullah untuk menghadapi tantangan tersebut?

Senjata kekuatan yang dipersiapkan Allah kepada Nabinya dengan memberikan pegangan dan petunjuk untuk menguatkan fisik dan jiwa, untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab memperjuangkan dakwah islamiyah,yaitu mendirikan sholat malam atau tahajjud.Melalui sholat itulah akan terdidik hati dan jiwa menjadi shabar dan tabah menghadapi setiap tantangan.Sifat sabar itu memancarkan sifat tenang menghadapi segala resiko yang akan diterima.Serta tidak takut terhadap tekanan dan ancaman dari orang-orang kafir dan musyrik.

Dari sini kita mendapatkan suatu pelajaran bahwa dengan melaksanakan sholat tahajjud Allah akan memberikan pertolongan kepada hambanya yang selalu mendekatkan diri dengan ikhlas dalam rangka pengabdian kepada Allah.

Apa yang dialami oleh Rasul yaitu pertolongan dan perlindungan Allah,pasti akan kita dapatkan juga dalam kehidupan didunia ini.Selama apa yang kita lakukan tersebut benar dan tidak menyimpang dari apa yang telah disyari'atkan Allah