Rabu, 18 Januari 2012

Pemikiran Pendidikan Sufistik

Pemikiran Pendidikan KH Hasyim Asy'ari

Pemikiran  Pendidikan Menurut KH Hasyim Asy’ari
a. Riwayat Hidup
            KH Hasyim As’ari adalah putra dari As’ari bin Abdul Wahab bin Abdul Halim yang lahir di Pondok gede desa Kandang, sebuah desa disebelah selatan kota Jombang  Jawa Timur pada hari Selasa Kliwon tanggal 24 Dzulqa’dah 1287 h, bertepatan pada tanggal 25 Juli 1871. Beliau mempunyai gelar Pangeran Bona ibn Abd Rahman dengan sapaan Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya Ibn Abdullah ibn Abdul Aziz ibn abd Fatah ibn Maulana Ishal dari Raden Ain al Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri[1].
            Pada umur 15 tahun ia mulai merantau mencari ilmu keberbagai pondok pesantren yang ada pada saat itu antara lain di Wonosobo, Probolinggo, Pelangitan, Trenggalis, Madura hingga sampai ke Sidoarjo.
            Tahun 1309 H/1893, ia bersama adiknya yang bernama Amir berangkat ke Makkah, tidak hanya untuk berhaji tetapi juga untuk menuntut ilmu, selama 7 tahun di Makkah dia belajar kepada  Syaikh Ahmad amin al Althar sayyid Sultan ibn Hasyim dan masih banyak lagi ulama-ulama terkenal lainnya.
            Tahun 1899H/1900 M, ia kembali ke Indonesia dan mengajar di Pesantren ayahnya, kemudian baru ia mendirikan pesantren sendiri didaerah sekitar Cikur ( Pesantren Tebu Ireng ) pada tanggal 6 februari 1906 M.
B. Pemikiran Pendidikan KH Hasyim As’ari
            Salah satu karya yang sangat populer KH Hasyim As’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah kitab Adaabul al aalimi swa al muta’allimi fiiahwaali ta’allumi wamaa yatawaqqofu ‘alaihi al mu’allimu fii maqoomati al ta’limihi.  Untuk memahami pokok pikirannya dalam kitab tersebut perlu kita perhatikan latar belakang ditulisnya kitab tersebut. Penyusunan karya ini boleh jadi didorong oleh situasi pendidikan pada saat itu yang mulai mengalami perubahan yang pesat, dari kebiasaan lama yang bersifat tradisional yang sudah mapan kedalam bentuk baru akibat pengaruh dari pendidikan barat yang telah diterapkan di Indonesia.
            Buku yang ditulisnya ini secara garis besar berisikan tentang, keutamaan ilmu dan keutamaan belajar, tentang etika yang diperhatikan dalam belajar dan mengajar, tentang etika murid kepada guru, tentang etika murid terhadap pelajaran dan ha-hal yang harus dipedomi, tentang etika yang harus dipedomani seorang guru, tentang etika guru ketika dan akan mengajar,tentang etika guru terhadap murid-muridnya.
            Menurut KH Hasyim As’ari etika yang harus diperhatikan dalam belajar adalah sebagai berikut
1.      Membersihkan hati dari berbagai macam gangguan keimanan dan keduiniawian.
2.      Membersihkan niat.
3.      Tidak menunda-nunda kesempatan belajar.
4.      Bersabar dan qonaah terhadap segala macam cobaan.
5.      Pandai mengatur waktu.
6.      Menyederhanakan makan dan minum.
7.      Bersikap berhati-hati.
8.      Menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan dan kebodohan.
9.      Menyediakan waktu tidur selagi tidak merusak kesehatan.
10. Meninggalkan hal-hal yang kurang berfaedah.


Adapun etika seorang murid terhadap gurunya adalah :
1.   Murid hendaknya selalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru.
2.   Memilih guru yang wara dan profesional.
3.   Mengikuti jejak-jejak guru.
4.   Memuliakan guru.
5.   Memperhatikan apa yang menjadi hak guru.
6.   Bersabar terhadap kekerasan guru.
7.   Berkunjung pada guru pada tempatnya.
8.   Berbicara lemah lembut kepada guru.
9.   Mendengarkan segala fatwa guru.

Etika Murid terhadap Pelajaran
1.   Memperhatikan ilmu yang bersifat fardu ‘ain untuk dipelajari.
2.   Harus mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu fardu ‘ain.
3.   Berhati-hati dalam menggapai ikhtilaf para ulama.
4.   Mendisksikan dan mnyetorkan hasil belajar kepada orang yang dipecayai.
5.   Senantiasa menganalisa dan menyimak ilmu.
6.   Mempunyai cita-cita yang tinggi.
7.   Bergaul pada orang yang berilmu tinggi.
8.   Ucapkan salam bila sampai pada majlis ta’lim.
9.   Bertanya terhadap hal-hal yang belum diketahui

Etika Guru dalam Mengajar
1.    Mensucikan diri dari hadas dan kotoran.
2.   Berpakaian yang sopan dan rapi, dan berbau wangi.
3.   Berniat beribadah dalam mengajarkan ilmu kepada peserta didik.
4.   Sampaikan hal-hal yang diajarkan oleh Allah
5.   Berilah salam ketika masuk kedalam kelas.
6.   Sebelum mengajar hendalaklah berdoa.
7.   Berpenampilan yang kalem dan dan jauhi hal-hal yang tidak pantas dipandang mata.
8.   Menjauhkan diri dari bergurau dan banyak tertawa.
9.   Jangan sekali-kali mengajar dalam keadaan lapar dan mengantuk serta marah.
10.Jangan sekali-kali mengajar dalam keadaan mengantuk serta marah.
11.Jangan sekali-kali  mengajarkan hal-hal yang bersifat subhat  yang bisa membinasakan
12Perhatikan masing-masing kemampuan murid dalam belajar.
13. Menasehati dan menegur dengan baik bila terdapat anak didik yang nakal.
14. Bila selesai berilah kesempatan kepada anak didik untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.





[1] Samsul Nizar/Ramayulis: Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Quantum Teaching, Jkt,2005,h 214

Pemikiran Ibn Qayyim al Jauzy

Pemikiran Ibn Qayim al Jauzy
A. Pendidikan Menurut ibn Qayyim
Ada 9 jenis tarbiyah menurut ibn Qayyim
1. Tarbiyah Imaniyah
Menurut Ibn Qoyyim ada tiga sarana untuk mendidik iman, Pertama selalu mentadabburi tanda-tanda kekuasaan Allah Dzat pencipta serta keluasan rahmat dan hikmah perbuatan Nya. Tadabbur itu bisa dilakukan dengan penglihatan biasa, bisa pula dengan penalaran akal sehat, dengan mentadabbur kekuasaan Allah, hasil-hasil ciptaan Nya, gejala-gejala alam, kesempurnaan ciptaan manusia, dam juga ayat-ayat al quran. Kedua. Selalu mengingat kematian yang penuh kepastian. Ketiga. Mendalami semua jenis fungsi ibadah sebagai salah-satu cara mendidik iman. Caranya dengan banyak mengerjakan amal shalih yang sendi utamanya adalah keihklasan, juga memperbanyak doa dan harapan kepada Allah semata, menghindari riya dalam berkata dan bertindak, mencintai  Allah, berkeyakinan bahwa kelak berjumpa dengan Allah.
2. Tarbiyah Ruhiah
Menurut Ibn Qoyyim ada 7 cara melakukan tarbiyah ruhiyah, yaitu :  Memperdalam hal-hal ghaib  yang dikhabarkan Allah seperti azab kubur, alam barzakh, akhirat, hari perhitungan, memperbanyak zikir dalam salat, melakukan muhasabah setiap hari sebelum tidur, mentadabburi makhluk Allah yang banyak menyimpan tanda-tanda kekuasaan Allah.
3. Tarbiyah Fikriah
Kegiatan tafakur menurut Ibn Qoyyim adalah menyingkap beberapa perkara dan membedakan tingkatannya dalam timbangan kebaikan dan keburukan. Dengan tafakur manusia bisa membedakan antara yang hina dan yang mulia. Disamping itu tafakur bisa membawa seseorang kepada keimanan yang tidak bisa diraih oleh amal semata. “ sebaik-baik tafakur adalah saat membaca alquran , yang akan mengantarkan manusia ke ma’rifatullah
4. Tarbiyah Khuluqiyah
Misi utama Rasulullah dimuka bumi ini adalah menyempurnakan akhlaq manusia. Rasulullah adalah seorang pendidik yang sempurna. Pendidikan yang diberikan Rasul kepad sahabat-sahabtnya lebih banyak dengan rasul sendiri langsung memberikan cobtoh-contoh yang baik kepada sahabat-sahabat belau.
Menurut ibn Qoyiim, cara yang digunakan ntuk mendidik akhlaq ini adalah dengan mengosongkan hati dari I’tikad dan kecintaan kepada segala hal yang batil. Kedua, mengaktifkan dan menyertakan seseorang dalam perbuatan baik ( al birr), ketiga melatih dan membiaskan seseorang dalam perbuatan baik itu, Keempat memberi gambaran yang buruk tentang akhlaq tercela, dan kelima menunjukkan bukti-bukti nyata sebagai buah dari akhlaq yang mulia.
5. Tarbiyah Ijtima’iyah (pendidikan bermasyarakat )
Pendidikan kemasyarakatan yang baik adalah selalu memperhatikan perasaan orang lain. Seorang muslim dalam masyarakat tidak  dibenarkan menyakiti saudara sendiri walaupun hanya dengan menebarkan bau yang tidak enak terhadap orang lain.
6. tarbiyah Iradiyah
Tarbiyah iradiyah berfungsi mendidik setiap muslim untuk memiliki kecintaan terhadap sesuatu yang dicita-citakan, tegar menanggung derita dijalannya, sabar dalam menempuhnya mengingat hasil yang kelak akan diraihnya serta melatih jiwa dengan kesungguhan dalam beramal. Tanda-tanda iradah yang sehat adalah kegelisahan hati dalam mencari keridoan Allah dan persiapan untuk bertemu dengan Nya. Seseorang yang iradahnya sehat juga akan bersedih karena menghabiskan waktu untuk sesuatu yan tidak diridloi Allah. Sedangkan iradahnya yang rusak akan lahir dalam bentuk penyakit ilmu, pengetahuan, dan keahlian yang berlawanan dengan syariat Allah.
7. Tarbiyah Badaniah ( Pendidikan anggota tubuh )
Seorang muslim harus secara terpogram memperhatikan unsur badan, menjaganya dan memenuhi hak-haknya secara sempurna. Perhatian yang demikian akan mengantarkan seseorang pada ketaatan penuh dan  kesempurnaan  dalam menjalankan semua yang diwajibkan allah kepadanya. Tarbiyah badaniyah ini meliputi pembinaan badan  diwaktu sehat , pengobatan diwaktu sakit, pemenuhan kebutuhan gizi, serta olah raga.
8. Tarbiyah Jinsiyah  (Pendidikan seks)
Insting seks merupakan sesuatu yang diciptakan Allah, yang segera diwadahi oleh satu-satunya lembaga halal yaitu pernikahan. Faedah dari seks ( jimak ) menurut Ibn Qoyyim adalah untuk menjaga dan melestarikan keturunan kehidupan manusia, selain itu untuk mengeluarkan sperma yang ada didalam tubuh, karena sperma yang terlalu lama tertimbun didalam tubuh  akan membahayakan kesehatan manusia, selanjutnya sebagai wasilah untuk memenuhi hajat seksual  dan untuk meraih kenikmatan batin dan biologis.
Tarbiyah Jinsiyah bisa dengan cara-cara sebagai berikut: memperbanyak membicarakan tentang bahaya-bahaya  zina dan berbagai kerusakan yang ditumbulkannya, termasuk ancaman terhadap dosa zina. Menyebarluaskan peringatan dan penjelasan tentang bahaya serta kerusakan yang ditimbulkan perilaku homoseksual, menjadikan kebiasaan untuk membatasi pandangan mata sebagai kebudayaan ditengah-tengah masyarakat, tidak berkata-kata atau melangkahkan kaki  kecuali pada hal-hal yang mesti mendapat pahala dari Allah, menyatakan perang terhadap semua bentuk hawa nafsu dan keinginan yang buruk, meniadakan waktu kosong, memperbanyak ibadah sunnah, melarang anak-anak bergaul dengan yteman  yang buruk akhlaqnya, melarang keras anak-anak untuk mendekati khamer ( minuman keras ), serta melindungi anak dari penyimpangan fitrah kelaminnya.

Senin, 16 Januari 2012

Teori Belajar Sibernetik


Teori Belajar Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori yang lainnya.  Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. Menurt teori ini proses belajar  memang sangat penting, akan tetapi yang lebih penting lagi menurut teori ini adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari oleh siswa.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk siswa, sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Jadi menurut teori ini keberhasilan seorang guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan tergantung dari bagaimana mendesain informasi yang akan disampaikan kepada anak didiknya g. Guru tidak bisa memaksakan anak didiknya untuk faham terhadap satu pelajaran dengan hanya memakai satu metode, akan tetapi guru haruslah mencari metode-metode yang lain, dikarenakan keberhasilan belajar menurut teori ini tergantung dari proses .
Teori Belajar menurut Landa
Salah seorang tokoh sibernetik adalah Landa. Menurut Landa ada dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik. Proses berfikir algoritmik adalah proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier dan konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu.  Sedangkan cara berfikir heuristik adalah proses berfikir  dengan caa devergen, menuju  ke beberapa  target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya  menuntut seseorang untuk menggunakan cara berfikir heuristik. Contoh berfikir secara heuristik misalnya pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lain-lain.
Menurut teori ini, pembelajaran akan mudah untuk disampaikan apabila masalah-masalah yang akan dipelajari diketahui terlebih dahulu ciri-cirinya. Apakah menggunakan proses berfikir secara algoritmik atau secara heuristik. Maka disini guru terlebih dahulu harus memahami materi apa yang sedang diajarkannya, dan cara berfikir bagaimana yang akan digunakan.
Teori belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh. Berfikir secara menyeluruh menurut Pask dan Scott tidaklah sama dengan berfikir secara heuristik. Menurut Pask dan Scott berfikir menyeluruh adalah berfikir yang melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi, ibaratkan melihat sebuah lukisan, maka lukisan tersebut dilihat secara menyeluruh, setelah itu baru melihat secara detail. Siswa tipe wholist  atau menyeluruh ini biasanya dalam mempelajari sesuatu cendrung dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail. Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari sesuatu cendrung  menggunakan cara berfikir secara algoritmik.
Aplikasi Teori Sibernetik dalam Pembelajaran
Adapun Aplikiasi teori sibernetik dalam pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut
1.      Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.      Menentukan materi pembelajaran
3.      Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pembelajaran
4.      Menentukan pendekatan belajar sesuai dengan sistem informasi tersebut. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya
5.      Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.


Pandangan Esensialisme Terhadap Pendidikan


Pandangan Essensialisme Terhadap Pendidikan
Kelompok esensialisme memandang bahwa pendidikan yang didasari pada nilai-nilai yang fleksibel dapat menjadikan pemndidikan ambivalen dan tidak memiliki arah dan orientasi yang jelas. Oleh karena itu, agar pendidikan memiliki tujuan yang jelas dan kukuh diperlukan nilai-nilai yang mempunyai tat yang jelas dan telah teruji oleh waktu.
Konsep-konsep pendidikan essensialisme adalah
a. Gerakan Back To Basics
Gerakan Back To Basics adalah dorongan skala besar yang mutakhir untuk menerapkan program-program esensialis disekolah-sekolah. Yang terpenting lainnya  yang dikemukakan kaum esensialis, bahwa sekolah-sekolah harus melatih/mendidik siswa untuk berkomunikasi  dengan jelas dan logis. Keterampilan-keterampilan inti dalam kurikulum haruslah berupa membaca, menulis, berbicara, dan berhitung, serta sekolah memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan apakah smua siswa menguasai keterampilan-keterampilan tersebut.
Ahli pendidikan esensialis tidak memandang anak sebagai orang yang jahat, dan tidak pula memandang anak sebagai orang yang secara alamiah baik. Anak-anak tersebut tidak akan menjadi anggota masyarakat yang berguna, kecuali

Modernisasi Pendidikan di Mesir

Modernisasi Pendidikan di Mesir
Sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan pergerakan pembaharusn Islam. Hal ini dikarenakan sebagaimana yang diungkapkan Eposito, hampir seluruh pelaku-pelakunya adalah tokoh-tokoh pembaharuan agama. Diantara tokoh-tokh tersebut adalah; Hasan Al Bana, Rasyid Ridho, Jamaludin Al afgani, Muhammad Ali Pasha dan yang lainnya
Secara Historis kesadaran pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tahun 1798 M. Tujuan utamanya adalah menguasi daerah Timur. Napoleon Bonaparte menjadikan Mesir hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada waktu itu dibawah pengaruh kolonial Inggris. Kedatangan Napoleon Bonaparte disertai dengan membawa 160 pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan huruf latin dan Arab, dan peralatan exsperimen. Tidak hanya itu, dia mendirikan lembaga riset yang bernama Institut d’Egypte, yang terdiri dari empat departemen.
Menurut Joseph S Szy Lioweis, untuk memenuhi kebutuhan akspedisinya, Napoleon berusaha keras mengaenalkan tekhnologi dan pemikiran modern kepada Mesir serta menggali Sumber Daya Manusia (SDM)  Mesir dengan cara mengalihkan budaya tinggi Prancis kepada masyarakat setempat. Sehingga dalam waktu yang tidak lama banyak diantara cendikiawan Mesir belajar tentang perpajakan, pertanian, kesehatan, administrasi dan arkeologi.
Ekspedisi Napoleon ke Mesir membawa angin segar dan perubahan signifikan bagi sejarah perkembangan bangsa Mesir, terutama yang menyangkut pembaharuan dan modernisasi pendidikan disana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi Perancis banyak memberikan Inspirasi bagi tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan perubahan secara mendasar sistem dan kurikulum pendidikan yang sebelumnya dilakukan secara konvensional. Diantara tokoh-tokoh yang mendapat inspirasi tersebut adalah Muhammad Ali Pasha, dan Muhammad Abduh. Dua tokoh ini secara historis kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.
Dari sini dapat kita lihat perubahan sistem pendidikan di Mesir dimulai sejak masuknya Napleon Bonaparte ke Mesir dan dikenalkannya budaya Prancis kepada orang-orang Mesir.
A. Muhammad Ali Pasha : Peletak dasar-dasar pendidikan modern di Mesir
Beliau lahir d Kawallah, Yunani pada tahun 1765, seorang turunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Ketika kecilnya beliau menghabiskan waktu untuk membantu orang tua dan tidak sempat mengenyam pendidikan. Pada usia dewasa  ia bekerja sebagai pemungut pajak, dan karena keberhasilannya, ia kemudian diangkat menantu salah seorang Gubernur Usmani. Selanjutnya ia masuk dinas Militer dan kariernya terus naik. Ketika pengiriman pasukan ke Mesir, ia diangkat sebagi wakil perwira yang mengepalai pasukan. Dalam pertempuran yang terjadi dengan tentara Prancis, ia menunjukkan keberanian yang luar biasa dan segera diangkat menjadi kolonel. Ketika tentara Perancis keluar dari Mesir pada tahun1801, Muhammad ali Pasha turut memerankan peranan penting dalam kekosongan politik akibat hengkangnya tentara Perancis tersebut. Dalam waktu yang bersamaan, dari Istambul datang pula Pasa dengan tentara Ustmani yang menguasai Mesir. Muhammad Ali dapat memenangkan nya dan mengangkat dirinya sebaga Pasa baru pada tahun 1805 dengan persetujuan penguasa Ustmani di Istambul Turki.
Adapun untuk memajukan pendidikan, Muhammad Ali pasa melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Membangun sekolah-sekolah baru yang diilhami oleh ide-ide yang berkembang di Eropa. Tujuan utama mendirikan sekolah ini adalah mengisi kekosongan tenaga administrasi pemerintah dan tenaga ahli dalam bidang tertentu
2.      Mengirim tidak kurang dari 311 mahasiswa dikirim ke Eropa, utamanya ke Prancis, Itali, dan Inggris untuk belajar administrasi negara dan ilmu kemiliteran.
3.      Mengadopsi dan memasukkan sistem dan kurikulum pendidikan barat ke dalam kurikulum pendidikan Mesir
4.      Menterjemahkan buku-buku militer dan politik kedalam bahasa Arab. Melalui buku-buku ini masyarakat Mesir mulai mengenal bangsa lain  dan keilmuan bangsa Perancis dan bangsa barat lainnya.


B Muhammad Abduh : Modernis Pendidikan Sejati
Muhammad Abduh adalah tokoh pembaharuan paruh kedua abad ke XIX. Beliau lahir dan besar dilingkungan pedesaaan . Ia belajar kepada Syaikh Ahmad Thantha pada tahun 1862. Dan pada tahun 1866 ia meneruskan pendidikannya di Al-Azhar. Disini ia berjumpa dengan Jamaluddin al Afghani kali pertama dan menjadi muridnya pada tahun1871 sewaktu menetap di Mesir. Pada tahun 1877 ia berhasil menyelesaikan studinya di al Alzhar dengan mendapatkan gelar ‘alim dan mengajar disana. Tidak lama kemudian ia bersama-sama dengan gurunya diusir dari Mesir karena kasus politik. Pada tahun1880 ia kembali lagi ke Mesir dan diangkat menjadi redaktur Waqi’ul Mishriyyah, surat kabar resmi pemerintah Mesir. Karirnya terus menanjak hinggga akhirnya menjadi anggota majlis a’la al Azhar pada tahun 1894. Pada saat itulah ia melakukan perombakan dan perbaikan secara mendasar terhadap Al Azhar menjadi Universitas.
Menurut Muhammad Abduh, umat  Islam haruslah lepas dari sifat jumud ( statis ) karena sifat ini penyebab kemunduran dan menyebabkan umat Islam tidak dinamis, berhenti berfikir dan berusaha. Hal-hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip keimanan Islam yang mengandung unsur-unsur gerak dinamis.
Masih menurut Muhammad abduh, umat Islam haruslah dinamis, Islam tidak bertentangan  dengan ilmu pengetahuan modern. Kemajuan Islam sebagaimana yang pernah dicapai pada masa keemasannya adalah karena mementingkan ilmu pengetahuan. Yang berarti porsi yang besar bagi akal untuk memahami ayat-ayat Tuhan, baik ayat qauliyah maupun kauniyah. Karenanya perlu memasukkan kurikulum baru mengenai ilmu pengetahuan modern ke dalam madrasah sebagai sarat mencapai kemajuan.

Minggu, 15 Januari 2012

Pendidikan era global

Pendidikan Era Global
“Sifat Pendidik di Era Globalisasi Dalam Pandangan Islam”
A.    Latar belakang Masalah
Dewasa ini berbicara guru menjadi fenomena menarik, banyak dibicarakan orang baik dikalangan para pakar pendidikan maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan hampir setiap hari dapat kita saksikan dimedia elektronik ataupun media cetak yang memuat berita tentang guru. Akan tetapi sangat disayangkan berita tersebut cendrung melecehkan bahkan mendiskriminisasikan posisi guru,baik yang menyangkut kepentingan umum maupun yang sifatnya sangat pribadi. Masarakat/orang tua muridpun kadang-kadang mencemooh dan menuding guru tidak kompeten,tidak berkualitas dan sebagainya,mana kala putra putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya.
Persoalannya kemudian,sikap dan prilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan,karena memang ada sebagian oknum guru yang menyimpang dan melanggar dari kode etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh guru mengundang reaksi yang begitu hebat dari masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan adanya sifat yang demikian menunjukkan bahwa  guru merupakan figur yang menjadi panutan ditengah-tengah masyarakat.

BAB II
Pembahasan
A.   Hakikat Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah sebagai khalifah dipermukaan bumi,sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang sanggup berdiri sendiri[1].
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwasaanya pendidik merupakan orang yang dewasa,dewasa dalam bertindak,bertingkah laku,bersikap dan memiliki kearifan dalam menyikapi persoalan-persoalan yang sedang dihadapinya. Kedewasaan ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pendidik sebelum dia mendewasakan orang lain yakni anak didiknya.
Dengan kedewasaan yang ditampilkan oleh seorang pendidik dihadapan anak didiknya maka diharapkan akan menjadi contoh suri tauladan bagi peserta didik,dan lebih jauh lagi akan membentuk suatu karakter yang terinternalisaasi dalam kepribadian peserta didik.
Pendidik dalam pandangan tradisonal sering juga disebut dengan guru atau pengajar, yang mana guru adalah seorang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya[2].
Dari sini dapat kita lihat perbedaan yang mendasar antara guru sebagai pendidik dan guru sebagai pengajar. Guru sebagai pendidik tidak hanya sebatas berdiri didepan kelas dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Lebih dari itu pendidik juga bertanggung jawab terhadap akhlaq anak didiknya dan juga factor-faktor yang menjadikan anak didik tersebut berhasil dalam kehidupannya. Pendidik tidak dapat berlepas diri dari masalah kebersihan tubuh anak didiknya,pendidik tidak bisa mengabaikan masalah kesehatan anak didiknya. Pendek kata seorang pendidik harus memperhatikan peserta didikya dari segala aspek baik aspek khuluqiah,’aqliyah  dan juga jismiah[3].
Dari apa yang diuraikan diatas,begitu mulianya seorang guru dan juga begitu kompleksnya permasalah yang dihadapi oleh guru dalam rangka mencetak kepribadian yang ideal menurut pandangan Islam. Karena ditangan pendidiklah yang menentukan arah dari perjalanan bangsa ini. Baik dan buruknya bangsa ini tidak terlepas dari kualitas guru yang kita miliki.
Sosok guru merupakan hal paling utama bagi keberhasilan suatu sistem pendidikan. Ditengah kemajuan zaman dan tantangan yang semakin pesat, idealnya guru harus terus belajar, kreatif mengembangkan diri dan terus menyesuaikan pengetahuan dan cara mengajarnya dengan penemuan-penemuan kontemporer. Namun, realitas yang ada pada umumnya guru sulit untuk selalu semangat mengembangan kepribadiannya. Bahkan sekedar untuk mengikuti berbagai macam kursus, seminar, pelatihan dan kegiatan semacamnya
Kurangnya pengembangan diri yang dilakukan oleh pendidik pada saat ini lebih disebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap nasib para guru. Kita tidak bisa menutup mata dengan begitu banyaknya guru kita yang mendapatkan imbalan  dari hasil kerjanya yang dibawah dari standar kelayakan. Sehingga para guru tidak fokus untuk menekuni profesinya bahkan terkesan asalan dalam menjalankan kewajibannya[4]
Apa bila yang di dapatkan oleh guru tidak dapat untuk menunjang kehidupannya sehari-hari, bagaimana guru dapat mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuannya? Tidak kita pungkiri dalam mengembangkan diri dan menambah ilmu pengetahuan guru memerlukan dana dan biaya, sekarang permasalahannya, siapakah yang akan menanggung biaya yang diperlukan guru dalam rangka mengembangkan dirinya .                           
 Sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan, guru seyogyanya dapat menjadi proses interaksi tidak hanya dalam proses pembelajaran, namun juga seharusnya lebih utuh dan menyeluruh. Oleh karenanya guru harus memiliki karakteristik kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis. Konon, pada zaman dulu posisi guru disejajarkan dengan kaum priyayi yang selalu duduk di deretan utama dalam berbagai hal. Mungkinkah posisi guru masa silam terlahir kembali dimasa kini dan mendatang?
         Guru diharapkan dapat membekali peserta didiknya sebagai penerus bangsa ini. Tentunya dengan melahirkan individu-individu yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual saja, namun juga mampu menghargai kebenaran, keadilan, kesejahteraan, perdamainan dan sikap penuh tanggungjawab guna memasuki era masa depan yang sangat kompetitif dan tiada batas. Sebuah mimpi besar bangsa ini yang tentu tidak sekedar menjadi utopia belaka, namun kita semua harus mampu untuk  mewujudkannya.
B. Sifat pendidik di Era globalisasi dalam pendangan Islam
 Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan  di sebut dengan guru , yaitu meliputi guru  madrasah atau sekolah  sejak dari taman kanak- kanak , sekolah menengah  dan sampai dosen di perguruan tinggi, kiay di pesantren dan sebagaianya . Namun guru  bukan hanya menerima  amanat dari orang tua  untuk mendidik , melainkan  juga dari setiap orang yang memerlukan  bantuan untuk mendidiknya
Guru adalah pendidik professional[5] , karenanya secara implisit  ia telah merelakan dirinya  menerima dan memikul  sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul  di pundak orang tua. Mereka ini , tatkala menyerahkan  anaknya kesekolah , sekaligus beraarti pelimpahan  sebagian tanggung jawab  pendidikan anaknya kepada guru . Hal ini pun  menunjukkan bahwa  orang tua tidak mungkin menyerahkan  anaknya kepada sembarang guru/ sekolah , karena tidak sembarang orang dapat menjadi guru. [6]
Di   negara –negara Timur  sejak dahulu kala guru di hormati oleh masyarakat. Orang India  menganggap guru itu sebagai orang suci  dan sakti. Di Jepang guru di sebut sensei , artinya “  yang lebih dahulu lahir , “ yang lebih tua “. Di inggris di katakan ,’’ teacher “,   dan di Jerman “ der lehrer “ keduanya berarti pengajar, akan tetapi  kata guru  sebenarnya  bukan saja mengandung arti “ pengajar  melainkan juga “ pendidik “, baik di dalam maupun luar sekolah . Ia harus menjadi penyuluh masyarakat.
Agama Islam  sangat menghargai  orang – orang yang berilmu  pengetahuan   ( guru / ulama ), sehingga hanya mereka  sajalah yang pantas  mencapai ketinggian dan keutuhan hidup. Sebagaimana arti dari  firman Allah dalam Al quran  , artinya ”….  Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. …. “(Q.S  Mujadalah ayat :11 )
Dikarnakan begitu tingginya derajat orang yang berilmu dan dia akan menjadi seorang pendidik.maka pendidik tersebut harus memiliki sifat-sifat yang baik. Karena sifat yang dimiliki oleh seorang guru secara psikologis akan mempengaruhi watak dan prilaku anak didiknya.
Menurut Athiyah Abrasi sebagaimana yang dikutip oleh Hamdani Ikhsan,guru harus memiliki beberapa sifat,yang mana sifat-sifat tersebut harus dimiliki oleh guru atau pendidik,sifat-sifat tersebut antara lain:
1.  Memiliki sifat zuhud,tidak mengutamakan materi dan mengajaar karena mencari keridloaan Allah[7].
Sifat zuhud harus dimiliki oleh seorang guru,dengan bersikap zuhud akan menumbuhkan suatu keikhlasan dalam diri guru. Yang mana kita ketahui keikhlasan sangat mempengaruhi guru dalam mendidik anak-anak didiknya.
Apa bila kita melihat kebelakang,keberhasilan pendidikan yang dilakukan oleh Nabi tidak terlepas dari keikhlasan Rasulullah SAW dalam mendidik para sahabat. Nabi tidak pernah mengharapkan imbalan dari apa yang dilakukannya,akan tetapi semata-mata mengharapkan ridlo Allah SWT.
Pada saat sekarang ini mendidik atau mengajar sudah banyak yang dikomersialkan,tujuan mendidik bukan hanya untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam jiwa peserta didik.melainkan pendidik lebih cendrung untuk mengejar materi semata. Sehingga tujuan mendasar sebagai pendidik dikalahkan dengan tujuan-tujuan yang lain yang dapat merusak nilai-nilai luhur dari pendidikan itu sendiri.
Sifat zuhud dan ikhlas tidak juga kita artikan bahwa guru tidak boleh menerima upah/gaji dari pekerjaannya tersebut. Akan tetapi gaji/upah bukanlah satu-satunya tujuan seorang guru dalam mendidik anak didiknya. Apa bila gaji atau upah sudah merupakan prioritas utama dari pendidik,maka pendidik cendrung akan mengabaikan tugas-tugasnya dan hal ini akan berpengaruh terhadap peserta didik dalam menyerap pengetahuan dari pendidiknya.
2.  Seorang guru harus jauh dosa besar,sifat ria (mencari nama),dengki,permusuhan perselisihan dan lain-lain sifat yang tercela[8].
Guru haruslah memiliki akhlaq yang mulia. Akhlaq mulia haruslah tercermin dalam setiap gerak tindak perbuatannya dalam kehidupan sehari-harinya. Guru adalah publik figur  yang selalu menjadi titik perhatian bagi anak didiknya. Sedikit kesalahan yang dilakukan guru akan menjadi sorotan murid dan murid akan meniru kesalahan yang dilakukan oleh guru tersebut.
Menanamkan akhlaq karimah merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru. Karena akhlaq mulia merupakan realisasi dari ajaran Islam[9]. Untuk menanamkan akhlaq yang mulia tersebut terlebih dahulu guru harus menanamkan akhlaq tersebut dalam dirinya terlebih dahulu. Tanpa adanya ahklaq yang terpuji pada diri seorang guru,maka tidak mungkin guru akan bisa menanamkan akhlaq tersebut pada diri anak didiknya.
Diera globalisasi pada saat sekarang ini,akhlaq karimah menjadi suatu hal yang sangat langka. Pengaruh dari kebudayaan luar telah merubah sikap dan prilaku pada peserta didik. Belum lagi pengaruh-pengaruh dari media elektronik yang diserap oleh peserta didik. Maka disinilah peran guru untuk memberikan bimbingan dan bantuan kepada peserta didik bagaimana kita menyikapi kemajuan dunia informasi  dan tekhnologi pada saat sekarang ini. Tidak selayaknya seorang guru melarang anak didiknya untuk  berinteraksi dengan kemajuan tekhnologi terutama dibidang informasi,akan tetapi seorang pendidik harus bijaksana menjelaskan kepada peserta didiknya tentang efek negatif dan positif tentang kemajuan tekhnologi tersebut. Sehingga para murid dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk dari kemajuan tekhnologi tersebut. Sehinga peserta didik tidak asing terhadap tekhnologi dan disisi lain akhlaq peserta didik tetap terjaga dari pengaruh-pengaruh negatif dari tekhnoogi informasi tadi.
3.  Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya,ia sanggup menahan diri,menahan kemarahan,lapang hati,banyak sabar dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang kecil,berkepribadian dan mempunyai harga diri[10].
Sabar merupakan kunci keberhasilan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya[11]. Guru yang pemarah tidak akan disukai oleh para muridnya,kemarahan yang berlebihan juga akan menghilangkan kewibawaan seorang guru dihadapan muridnya. Selain itu seorang guru harus memiliki kesabaran dalam menghadapi anak didiknya.
Kita sadari pergeseran nilai-nilai pada yang ada pada peserta didik pada saat sekarang ini sangatlah memprihatinkan pendidikan kita. Menghadapi masalah seperti ini maka seorang guru harus menyikapinya dengan hati yang dingin dan lapang dada. Sangat tidak bijaksana apa bila guru langsung menyikapinya dengan kekerasan dan tangan besi.
Seorang pendidik yang profesional haruslah mencari informasi tetang peserta didik sebagai bahan untuk melakukan bimbingan dan pembinaan[12]. Dari informasi-informasi yang didapati oleh guru mengenai pergeseran nilai-nilai yang ada pada peserta didik,dari sinilah guru memulai untuk mengadakan pembinaan dan bimbingan kepada anak didiknya. Guru harus mencari penyebeb-penyebab kenakalan dari anak didiknya dan memberikan solusi untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Guru juga harus memiliki sifat pemaaf yang tinggi. Sikap pemaaf seorang guru akan menimbulkan simpati dari anak didiknya dan anak didik tidak akan merasa takut untuk mengakui suatu kesalahan apabila pada suatu saat mereka berbuat kekhilafan. Dari sifat pemaaaf seorang guru secara tidak langsung akan membentuk suatu sifat jujur dan mengakui kesalahan pada anak didik. Guru yang tidak memiliki sifat pemaaf yang tinggi akan menyebabkan anak didik takut mengakui kesalahannya. Dan anak akan cendrung berbohong kepada gurunya apabila mereka melakukan kesalahan.
Kesabaran guru tidak hanya sebatas dalam menghadapi tingkah laku pada anak didik. Guru juga dituntut kesabarannya dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didik. Hal seperti ini memerlukan latihan yang bervariasi dalam menggunakan metode,serta melatih jiwa dalam memikul kesusahan. Disamping itu guru harus memahami bahwasannya siswa yang dihadapinya tidaklah sama dalam kemampuan belajarnya,guru tidak boleh mengikuti hawa nafsunya ingin sagara melihat hasil kerjanya sebelum pengajaran itu terserap dalam jiwa anak sehingga memiliki hasrat untuk menerapkan dalam perbuatannya.
Dalam hal ini yang harus dimengerti seorang guru bahwasannya menyentuh kawasan kognitif peserta didik lebih mudah dibandingkan membentuk afektifnya. Jadi apa bila terlihat kesenjangan antara materi yang disampaikan dengan pola tingkah laku peserta didik maka guru tidak harus cepat-cepat memfonis bahwa pembelajaran yang telah dilakukannya tidak berhasil,melainkan seorang guru harus memahami bahwasannya kedewasaan siswa akan terbentuk secara perlahan-lahan dan secara bertahap. Mungkin pada hari ini mereka belum bisa menerapkan apa yang diajarkan,akan tetapi besok atau lusa norma-norma yang telahdisampaikan sedikit demi sedikit akan terinternalisasikan dalam kehidupan anak didik.
4.Guru harus menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya serta memperdalam pengetahuannya sehingga mata pelajaran yang diajarkan tidak bersifat akan bersifat dangkal.
Seorang guru yang baik selalu akan belajar dan menambah pengetahuannya sehingga penguasaan terhadap materi akan menjadi luas. Keluasan pengetahuan yang ada pada pendidik mempengaruhi pengetahuan yang akan didapati oleh anak didik. Semakin luas pengetahuan pendidik akan suatu permasalahan,maka akan semakin luas pula pengalaman yang akan didapat oleh peserta didik.
Guru yang sempit wawasannya tidak akan dapat menjadikan proses pembelajaran menyenangkan. Terlebih lagi apabila pendidik tersebut kurang memahami materi yang akan diajarkan. Untuk itu, pengembangan diri perlu dilakukan oleh guru,jangan sampai guru selangkah tertinggal dari muridnya terhadap informasi-informasi terbaru.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik dalam mengembangkan pengetahuannya. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan cara formal dengan mengikuti penataran,lokakarya,seminar,atau kegiatan ilmiah lainnya,ataupun sebara informal melalui media massa televisi,radio,koran,dan majalah maupun yang lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,sekaligus dapat juga meningkkatkan sikap profesional guru[13].
Guru yang enggan mengembangkan diri dan pengetahuan akan ditinggalkan oleh murid. Dalam proses pembelajaran siswa akan merasa bosan apabila guru tidak dapat mengemas pelajaran tersebut dengan sesuatu yang menarik dan baru bagi siswa. Sehingga murid merasa jenuh dengan guru tersebut dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh guru yang bersangkutan tidak terwujud.
5. Guru harus memiliki wawasan dan pandangan kedepan.
Suatu saat Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya “Ajarilah anak-anakmu,sesungguhnya mereka hidup bukan pada zaman kalian”.
Dari hadis ini terdapat suatu pesan dari Rasulullah kepada para pendidik untuk mempersiapkan anak didiknya dalam rangka menyongsong kehidupan yang akan datang. Pendidik tidak hanya mengajar dan mendidik anak didiknya untuk bersaing pada saat ini akan tetapi lebih dari itu pendidik harus mempersiapkan anak didiknya untuk bersaing dimasa yang akan datang.
Pendidik harus mampu mencetak generasi-generasi yang unggul dalam menyongsong era globalisasi dengan pengetahuan,keterampilan dan akhlaqul karimah.
Dalam rangka menyongsong era globalisasi anak didik harus dibekali dengan ilmu pengetahuan  dan keterampilan yang mumpuni sebagai modal awal untuk melangkah kearah yang lebih maju. Disinilah peranan guru unutk dapat mengetahui bakat,minat anak didiknya dan ditindak lanjuti dengan penyaluran bakat dan minat peserta didiknya tersebut.
Kita ketahui bahwasannya bakat dan minat antara peserta didik sangatlah beragam. Pendidik tidak dapat memaksakan murid yang memiliki bakat olah raga untuk mempelajari bidang eksakta ataupun sebaliknya.
Pada saat sekarang ini pendidikan kita lebih cendrung untuk memaksakan beberapa mata pelajaran yang bukan menjadi bakat  dan minat dari peserta didik. Sehingga peserta didik menerima pelajaran tersebut hanya dengan bermalas-malasan dan terkesan hanya untuk melepaskan suatu kewajiban. Akan tetapi kita tidak bisa menutup mata,masih jarang sekali pendidikan kita yang menggali dan mencari potensi anak serta menyalurkan dan membina peserta didik sesuai dengan bakat,minat dari anak tersebut.
Apabila kondisi pendidikan  kita masih seperti ini maka pendidikan kita makin akan terpuruk dan kita akan tertinggal dari negara-negara lain dalam segala bidang.pendidik harus mampu merubah paradigma lama manuju keperubahan yang mendasar dalam masalah pendidikan sehingga pendidikan kita mampu bersaing dengan negara-negara lain dimuka bumi ini.
Lembaga pendidikan Islam harus bangga dengan identitas keIslamannya. Disamping dapat mencetak generasi-genarsi yang handal dibidang ilmu pengetahuan,lembaga pendidikan Islam juga mempunyai nilai lebih yang mungkin tidak kita temukan dilembaga-lembaga lain yaitu Akhlaqul Karimah.
Yang mana pada saat sekarang ini lembaga-lembaga pendidikan berlomba-lomba dan berbangga karena telah dapat mengeluarkan intelektual-intelektual muda,akan tetapi mereka miskin dalam hal Ahklaq dan norma-norma.



Penutup
Kemajuan pendidikan suatu negara tergantung dari profesionalitas pendidik yang mengajar.Diera globalisasi pada saat sekarang ini guru harus mampu mencetak danmembimbing peserta didiknya agar tidak salah dalam mengambil langkah.
Untuk itu dalam mendidik,seorang pendidik haruslah mempunyai persyaratan dan sifat-sifat yang mau tidak mau harus ada dalam diri pendidik tersebut. Persyaratan ataupun sifat-sifat yang ditentukan kepada para pendidik bukanlah untuk mempersulit seseorang untuk menjadi pendidik ataupun seorang guru.
Persyaratan ataupun sifat yang harus dimiliki pendidik lebih untuk peningkatan kualitas pendidikan kita yang mana diantara sifat-sifat guru tersebut adalah:
1.  Memiliki sifat zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar semata karena mencari keridloaan Allah.
2.   Seorang guru harus jauh dari dosa besar,sihat ria (mencari nama),dengki,permusuhan dan lain-lain sifat yang tercela.
3.  Seoramg guru harus bersifat pema’af terhadap murid-muridnya,ia harus sanggup menahan diri,menahan kemarahannya,lapang hati,banyak sabar,dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang kecil,berkepribadian dan mempunyai harga diri.
4.  Guru harus menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya, serta memperdalam pengetahuannya sehingga mata pelajaran yang diajarkannya tidak akan bersifat dangkal.
5.  Guru harus memiliki wawasan dan pandangan kedepan.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas sebagai seorang guru adalah berat tapi sangat mulia. Dikatakan berat sebab jabatan pendidik menuntut pengorbanan yang besar serta dedikasi yang tinggi. Seorang pendidik tidak dapat  mengelak dari tugasnya dalam waktu kapan dan dimanapun bilamana anak didiknya memerlukan bantuan dan pertolongannya. Jabatan pendidik dihormati dimanapun dan kapanpun,walaupun gajinya sangat terbatas apabila dibandingkan dengan jabatan lain yang tidak menuntut tanggung jawab sebesar tanggung jawab pendidik. Disamping itu dari pendidik inilah orang yang tadinya buta huruf menjadi mengetahui huruf, orang yang tadinya bodoh menjadi pandai,orang yang semulanya berada dalam kegelapan menjadi terang benderang dan seterusnya. Walhasil berkat jasa gurulah dari pendidiklah orang yang tadinya tidak dapat berbuat sesuatu kemudian menjadi dapat berbuat segala macam.













Daftar Pustaka
Hamdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung:Pustaka Setia,tahun 2009
Abdul Rakhmad,Profesi Keguruan,Sukabumi:Patlot Cendikia Press,tahun 2007
Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta:Raja Grfindo Persada.tahun 2006
Martinis Yamin,Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP,Jakarta: Agung Persada,tahun 2009
Jalaluddin,Teologi Pendidikan,Jakarta:Rajawali Press,tahun 2003
Mahmud Yunus,At-tarbiyah wa At-ta’lim,Ponorogo: Dar-Assalam Gontor,tth
Soetjipto,Profesi Keguruan,Jakarta:Rineka Cipta,tahun 2007













M A K A L A H
PENDIDIKAN ERA GLOBAL
SIFAT PENDIDIK DI ERA GLOBALISASI DALAM PANDANGAN ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH : F I R D A U S
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTAN SYARIF KASIM PEKANBARU
PROGRAM PASCA SARJANA
PRODI PENDIDIKAN ISLAM


[1] Drs H. Hamdani Ihsan,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung:Pustaka Setia 2007,hlm93
[2] Abdul Rahmat,Profesi Keguruan,Sukabumi:Patlot Cendikia Press,2007,hlm23
[3] Ketiga aspek ini seperti yang diterangkan oleh Prof Mahmud Yunus dalam bukunya At-tarbiyah Wa ta’lim yang mana dalam buku ini beliau menjelaskan tentang aspek pendidikan yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik dalam menghantarkan anak didiknya selamat didunia dan akhirat
[4] Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidik,Jakarta:Raja Grafindo Persada,tahun 2006,hlm 3
[5] Martinis Yamin,Profesonalisasi Guru dan Implementasi KTSP,Jakarta: gaung Persada Pers,2007,hlm18
[7] Hamdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung: Pustaka setia,1998,hal 104
[8] Hamdani Ikhsan,ibid,hlm 105
[9] Dr. H. Jalaluddin,Teologi Pendidikan,Jakarta:Rajawali Pers,2003,hlm 90
[10] Hamdani Ihksan,Op Cit,hlm 105
[11] Mahmud Yunus,At-tarbiyah wa At-ta’lim,Ponorogo: Dar-Assalam Gontor,tth.hlm
[12] Soetjipto,Profesi Keguruan,Jakarta: Rineka Cipta,2007,hlm 34
[13] Soetjipto,Ibid hlm 55