Senin, 18 Agustus 2014



MENUJU KEKEMULIAAN SYAWAL
Tanpa terasa Romadhan akan meninggalkan kita. Bulan yang penuh berkah, rahmah dan di dalam bulan itu pula Allah menjanjikan mengampuni segala dosa- hamba-hambanya yang ingin bertaubat dan mensucikan diri dari segala dosa-dosanya dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Mereka itulah orang-orang yang beruntung, dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang diberikan Allah dalam rangka membersihkan diri dan mencapai derajat taqwa disisi Allah swt.
Orang-orang seperti inilah yang layak untuk merayakan kemenangan disaat Syawal akan tiba. Mereka yang gigih dalam menenpa diri untuk mendapatkan ampunan Allah swt dan juga keridloan dari zat Yang Maha Agung. Penempaan diri yang dilakukan pada bulan Romadhon tidak lain hanya ingin meningkatkan kualitas ruhiyah dihadapan Allah swt.
Bulan Syawal telah tiba. Satu pertanyaan bagi kita. Apakah kita layak untuk merayakan bulan kemenangan tersebut. Sedangkan disaat bulan Romadhan tidak ada amalan dan usaha-usaha yang kita lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Bahkan terkadang ibadah puasa yang kita lakukan hanya sebatas agar identitas muslim yang ada pada diri kita tidak hilang.
Romadhon kita, sepi dari qiroatul quran, jauh dari dzikir, lalai dalam berinfaq, malas untuk bertaubat dan kita ganti dengan kesibukan-kesibukan dunia yang tidak ada habisnya. Sehingga kita semua terbuai, dan pada akhirnya  kita meninggalkan romadhoan dengan sia-sia.
Mudik yang selalu kita persiapkan. Akan tetapi kita lupa untuk mempersiapkan mudik yang sebenarnya. Mudik atau pulang kekampung akhirat yang kekal dan abadi tidak pernah kita persiapkan. Adakah kita menimbang-nimbang sejauh mana persiapan kita untuk menjumpai Allah Zat yang Maha Mulia. Adakah ketakutan yang kita rasakan seandainya Allah tidak menerima amalan-amalan kita selama ini. Adakah terlintas dalam hati kita ketika nanti kita akan digiring keneraka Allah karena rasa acuh kita terhadap kampung akhirat yang kekal dan abadi.
Bulan Syawal akan tiba. Pada hari itu seluruh umat Islam bertakbir, bertahlil dan bertahmid. Takbir adalah membesarkan Allah. Pengakuan dari seorang hamba atas kebesaran Rabbnya. Seorang hamba yang telah bertakbir, maka dia harus meninggalkan pakaian-pakaian kesombongan yang melekat pada dirinya. Menyerahkan kesombongan tersebut kepada Allah, karena hanya dia yang berhak untuk sombong, dia penguasa alam semesta ini.
Bagi manusia tidak ada waktu untuk menyombongkan diri. Kita adalah makhluk yang lemah dan hina. Manusia harus menyadari asal usul kejadiannya. Yang mana manusia diciptakan Allah dari air yang hina, air yang menjijikkan yaitu setetes mani.
Kesombongan tidak akan berbuah kebaikan, bagaimana Allah swt menghancurkan Firaun, Allah menenggelamkan  umat Nabi Nuh, membumi hanguskan umat Luth, hal tersebut tidak lain karena kesombongan yang ada pada mereka yang tidak mau tunduk kepada Allah.mengenai kesombongan ini Rasulullah bersabda “ tidak akan masuk surga barang siapa didalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi “.
Hadist Rasulullah saw harusnya menjadi suatu tamparan bagi kita, agar kita sadar betapa besarnya rasa sombong dan egois yang ada pada diri. Kita sombong  terhadap Allah swt dengan tidak mematuhi perintah-perintah Allah. Dan kita menyombongkan diri dihadapan manusia karena keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah kepada kita.
Bulan syawal adalah bulan sillaturrahmi. Pada bulan ini umat muslim saling kunjung mengunjungi, saling memaafkan, memperkuat kembali jalinan persaudaraan yang diikat oleh Iman dan Islam. Pada saat kedua insan bertemu, berjabat tangan diikuti dengan hati yang yang menyatu, maka berguguranlah dosa orang tersebut. yang tinggal hanyalah rasa kasih sayang dan rasa saling cinta mencintai karena Allah swt. Karena kesalahan yang pernah kita lakukan hanya akan terhapus dengan meminta maaf kepada orang yang bersangkutan.
Adapun  manusia yang tetap pada kesombongan dan keangkuhan, enggan untuk menyambung persaudaraan dan memutuskan sillaturrahmi maka ingatlah apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw “ Tidak akan masuk surga seorang pemutus,  yaitu pemutus sillaturrahmi “ (HR Bukhari Muslim). Dalam Hadisnya yang Lain Rasulullah Bersabda : “ Tidak ada dosa yang pantas untuk disegerakan balasannya  bagi para pelakunya di dunia ini- disamping dosa yang disimpan  untuknya diakhirat- daripada perbuatan Zholim (melampaui Batas) dan memutuskan tali silaturrahmi”. HR Abu Daud, At tirmidzi, dan Ibnu Majah.
Dengan memperhatikan hadist diatas, masihkah kita mempertahankan rasa egois kita, dengan enggan menyambung sillaturrahmi dan enggan meminta ataupun memberi maaf kepada orang lain. Atau kita biarkan hati kita menjadi keras karna kesombongan yang ada pada diri kita tersebut. Sangat rugilah orang yang jauh dari hidayah Allah swt.
Bulan Syawal adal bulan pembuktian, pembuktian bagi diri kita masing-masing apakah  pendidikan  yang diberikan oleh Allah swt berhasil pada diri kita. Ataukah pendidikan tersebut hanya singah dan akan pergi begitu saja dari kehidupan kita. Pada bulan ini kita dapat mengukur sejauh mana peningkatan-peningkatan dari segi ruhiyah. Apa bila terjadi peningkatan dari segi ruhiyah berarti kita sudah melakukan suatu revolusi  pada diri kita yaitu revolusi ruhiyah.
Dan seandainya tidak ada peningkatan apapun dari segi Iman dan taqwa. Maka kita termasuk salah seorang yang disabdakan oleh Rasulullah saw : “ berapa banyak orang yang melakukan ibadah puasa, tapi dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan dahaga “ .
Alangkah ruginya diri ini, berpuluh tahun bersua dengan bulan yang agung, akan tetapi tidak  tidak mendapatkan apa-apa dari keutamaan Romadhan tersebut kecuali lapar dan dahaga.
Didikan yang diberikan oleh Allah dibulan Romadhan hendaknya dapat kita terapkan diluar bulan Romadhon. Dan ini menjadi salah satu indikator bahwasannya Romadhan yang kita lakukan tersebut berpengaruh bagi iman dan taqwa kita.
Bulan Syawal adalah bulan yang fitri, umat Islam merayakan hari raya idul fitri. Akan tetapi masih banyak saudara- saudara kita tidak mampu bergembira karena keterbatasan kemampuan mereka. Masih banyak anak-anak yatim yang tidak dapat bergembira karena nasib yang menimpa mereka. Untuk itu bagi orang muslim sudah menjadi tanggung jawab bagi seorang muslim untuk dapat menggembirakan  mereka, seperti apa  ayang telah dilakukan oleh Baginda Rasulullah saw yang diriwayatkan  dai  Anas bin Malik r.a.  dari Nabi saw “
“ Bahwa sesungguhnya Baginda Nabi keluar untuk menunaikan solat hari raya, sedangkan anak-anak tengah bermain dilapangan. Diantara anak-anak itu terdapat seorang anak yang duduk dihadapan mereka dan memakai pakaian  bekas sambil menangis “
Baginda bersabda kepada anak itu “ Hai  anak, mengapa engkau menangis dan tidak bermain bersama mereka?” Anak itu tidak mengenali baginda, anak kecil itu menjawab,” Wahai paman, Ayah saya telah meninggal dunia  dihadapan Rasulullah saw dalam peperangan, lalu ibu saya kawin dan memakan harta saya , sedangkan ayah tiri saya mengusir saya dari rumah saya sendiri, maka saya tidak mempunyai makanan dan minuman, pakaian dan rumah. Dan ketika saya melihat kawan-kawan pada hari ini, sedangkan mereka  semua mempunyai ayah, maka saya teringat ayah saya, oleh sebab itulah saya menangis”.
“ Rasulullah saw memegang anak itu dengan tangannya seraya berkata:”Maukah engakau aku sebagai ayahmu, Aisyah sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husein sebagai saudara laki-lakimu dan Fatimah sebagai saudara perempuanmu?” Anak kecil itupun tahu dan menjawab “Mengapa saya tidak mau ya Rasulullah ?”
“Maka dibawa oleh Nabi anak itu kerumah. Lalu diberikan pakaian yang bagus, diberi makan sehingga kenyang dan dihiasi dengan dan diberi dengan wangi-wangian.”
“ Maka anak itu keluar dengan tertawa gembira. Ketika kawan-kawannya melihat mereka berkata kepadanya :” Sebelum ini kamu selalu menangis, mengapa sekarang kamu bergembira? “ Dia menjawab :” Saya sebelum ini lapar, sekarang sudah kenyang,saya tai tidak berpakaian, sekarang berpakaian, saya tadinya anak yatim, sekarang Rasulullah sebagai ayahku, Siti Aisyah Ibuku, Ali menjadi Pamanku, dan Siti Fatimah Menjadi saudara perempuanku, bagaimana saya tidak bergembira ?”
Suatu contoh yang sangat mahal yang diberikan oleh Rasulullah kepada kita semua, yaitu membahagikan anak yatim. Bagaiman dengan hati  kita. Berapa banyak rezki yang diberikan Allah kepada kita, adakah terlintas dalam diri kita untuk mencontoh apa yang dilakukan oleh Baginda Rasulullah saw. Ataukah kita termasuk dari orang-orang yang mendustakan agama ?
Dibulan Syawal terdapat suatu amalan yang dilakukan oleh Rasulullah saw yang sering kita namakan dengan puasa Syawal, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW “ Barang siapa yang berpuasa penuh dibulan Romadhon, lalu diikuti dengan  dengan puasa enam hari dibulan Syawal, maka pahalanya seperti ia berpuasa satu tahun” (HR. Muslim).
Bulan syawal bukanlah bulan sebebas-bebasnya bagi kita. Tapi bulan Syawal merupakan bulan peningkatan dan juga bulan bertambahnya iman dan taqwa karena kita telah didik oleh Zat yang Maha Agung. Wallahu a’lamu.