Selasa, 27 April 2010

Pendahuluan
Pendidikan merupakan sesuatu keharusan bagi manusia,tingkat kemuliaan akan didapatkan oleh manusia tergantung dari sejauh mana manusia tersebut dapat menerima pendidikan dan sejauh mana pula manusia dapat mengaplikasikan hasil pendidikan (ilmu pengetahuan ) dalam kehidupannya bermasyarakat dan bernegara
Berbicara tentang pendidikan kita tidak bisa terlepas dari perkembangan pendidikan itu dari masa kemasa dan dari generasi kegenerasi. Kita akui bahwasannya pendidikan Khususnya diIndonesia dari waktu-kewaktu mengalami kemajuan dan inovasi dalam berbagai macam bidang.Hal ini tidak terlepas dari jasa-jasa pemikir kita yang telah mencurahkan segala kemampuannya untuk memajukan system pendidikan di Indonesia
Salah seorang pemikir dalam bidang pendidikan adalah Dr Muhammad Nasir yang member pandangan dan pemikiran terhadap pendidikan. Sebagai salah satu bentuk kepedulian Muhammad Nasir terhadap pendidikan adalah konsep pendidikan yang universal,integral dan harmonis.Yang mana dari konsep tersebut akan menghasilkan manusia yang benar-benar mengabdi kepada Allah dalam arti yang seluas luasnya,dengan misi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam makalah yang singkat ini penulis akan mencoba untuk mengungkap pola-pola pemikiran Muhammad Nasir dalam rangka memajukan pendidikan nasional kita. Karena tanpa adanya pendidikan mustahil kita akan terbebas dari jerat-jerat kejahilan dan juga tidak akan dapat mengangkat harkat dan martabat Negara dimata masyarakat dunia

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF MOHAMMAD NATSIR

A. Biografi Muhammad Nasir
Muhammad Nasir atau almarhum MUhammad Nasir bin Idris Sutan Saripado (lahir di Alahan Panjang,Sumatra Barat ,tahun 17-7 1908),adalah seorang negarawan muslim,ulama dan intelektual,pembaharu dan ahli siasah muslim nusantara yang disegani. Hidupnya penuh dengan kegiatan yang berfaedah dan membina umat. Muhammad Nasir bukan hanya berjasa dengan Negara ini melalui kegiatan social dan siasah sampai pernah menjadi perdana mentri Indonesia,serta dakwahnya,dengan terasasnya Majlis Dakwah Indonesia,bahkan ia juga berjasa dalam bidang Islam peringkat antar bangsa sampai ia mendapat Kurnia Raja Faisal.
Raja Faisal sendiri kemudian menganugerahkan “Faisal Award” sebagaimana ia juga memberikannya kepada Syaikh Abul A’la Al Maududi, Syaikh Abdullah Ibnu Baz, Syaikh Abul Hasan An Nadawi dan lain-lain atas jasa-jasanya dalam berkhidmat kepada dunia Islam.
Peta biografi M. Natsir telah banyak ditulis oleh berbagai kalangan baik akademisi maupun non akademisi dari beragam sisi. Keberagaman sisi itu menunjukkan betapa luasnya bidang perjuangan yang ia geluti. Salah satu hal yang cukup menarik untuk dikaji dalam hal ini adalah pemikiran beliau tentang pendidikan dan sains (ilmu pengetahuan). Topik ini akan senantiasa relevan untuk terus dikaji, bukan hanya karena masalah pendidikan masih menjadi isu sentral ditengah-tengah usaha umat memperbaiki kondisi negara yang sakit, lebih dari itu pengakuan Natsir sendiri menyebutkan bahwa ranah perjuangan pertama yang digelutinya adalah dalam dunia pendidikan.
Dihadapan para guru Pendis (Pendidikan Islam) Medan 20 September 1951 Natsir mengatakan; “Sekarang saya berada ditengah-tengah saudara-saudara yang rasanya saya berada kembali pada tangga saya sendiri. Sebab takkala saya keluar dari bangku pelajaran, maka yang mula-mula saya hadapi dalam lapangan pekerjaan dan perjuangan, ialah lapangan pendidikan Islam.
Pengkajian tentang pendidikan dalam prespektif Natsir akan semakin terasa lengkap jika pemikiran beliau tentang sains ikut diurai. Hal itu karena Natsir terkenal dengan sosok legendaries di dunia pendidikan yang tidak membeda-bedakan antara sains Barat atau Timur selama itu adalah al haq (kebenaran).
Ketika berumur delapan tahun,Muhammad Nasir belajar pada HIS (Hollandesch Inlandsche School ) Adabiyah diPadang dan tinggal bersama Mak Ciknya. Kemudian dia dipindahkan oleh orang tuanya ke HIS pemerintah di Solok dan tinggal dirumah Haji Musa ,seorang Saudagar .Disini dia menerima cukup banyak ilmu. Pada malam hari ia mengaji Al-quran,pagi hari belajar pada HIS dan sore hari belajar di Madrasah.
Pada tahun 1923 Muhammad Nasir meneruskan sekolah ke MULO di Padang. Disini ia menjadi anggota JIB( Jong Islaminten Bond) cabang Padang.Pada tahun 1927 ia melanjutkan ke AMS (Aglamenene Middelbare School) di Bandung. DiMULO dan AMS ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah Belanda. Selama di AMS ia tertarik untuk menekuni ilmu pengetahuan agama. Waktu luangnya digunakan untuk menekuni ilmu agama pada persatuan Islam dibawah bimbingan Ust A.Hassan.
Di sekolah MULO itulah dia pertama kali merasakan duduk bersama dalam satu kelas dengan murid-murid bangsa Belanda. Sebelum itu dia sebagai murid HIS menyangka,bahwa anak-anak Belanda itu ialah sejenis menusia yang melebihi kita dalam semua soal. Lebih pintar,lebih berani,lebih dalam segala hal. Memang dalam masyarakat,golongan Belanda itu hidupnya terpisah dari kita. Mereka dianggap sebagai semacam “orang-orang cabang atas”. Belanda administrator kebun disebut “Tuan Besar” oleh mandor dan kuli-kulinya.
Bagaimana sesudah Natsir duduk bersama-sama dalam satu kelas dengan anak-anak Belanda? Ternyata warna kulit mereka itu tidak menjamin,bahwa mereka lebih dari kita bangsa kulit sawo dalam segala hal. Diantara mereka benyak juga yang ketinggalan dikelas setiap tahun. Ada yang bahasa Belandanya kocar kacir,tidak karuan dan lain-lain. Tetapi congkaknya dan lagaknya terus saja besar. Kita ini mereka namakan dengan nama yang dirasakan ejekan diwaktu itu yaitu “inlanders”,artinya bumi putra yang kotor-kotor.
Sejak sekolah di MULO.ia sudah mulai mengenal semangat perjuangan. Ia masuk menjadi anggota kepanduan pada JIB cabang Bandung dan kemudian diangkat menjadi ketua (1928-1932). Minatnya terhadap politik,perhatiannya terhadap nasib bangsanya yang tertindas dan tekadnya untuk meluruskan salah fahaman umat terhadap ajaran agama,telah melibatkan dirinya dalam bidang politik dan dakwah serta menolak setiap tawaran dari pemerintah Belanda,seperti meneruskan sekolah ke Fakultas Hukum Jakarta,Fakultas ekonomi Rotterdam Belanda atau menjadi pegawai pemerintah.Kegiatan politiknya terus berkembang setelah lebih jauh berkenalan dengan tokoh-tokoh pemikiran politik seperti H Agus Salim,Wihono Purbahdijoyo,dan Syamsu Rijal.Karena kegigihannya dalam perjuangan,pada masa kemerdekaan ia menduduki jabatan-jabatan penting dalam Pemerintahan Republik Indonesia.
Sejak tahun 1932-1942,Muhammad Natsir diangkat sebagai direktur Pendidikan Islam Bandung;dari tahun 1942 sampai 1945,sebagai kepala Biro Pendidikan Kotamadia Bandung; dan dari tahun 1945 sampai 1946 sebagai anggota badan pekerja KNIP dan kemudian menjadi wakil ketua badan ini.Pada tahun 1946 (kabinet Sjahrir ke-2 dan ke-3)dan tahun 1949 (Kabinet Hatta Ke-1) ia menjadi Perdana Mentri Penerangan RI; dan dari tahun 1949 sampai 1958 ia diangkat menjadi ketua umum Partai Masyumi. Sejak tahun 1950 sampai 1951 ia menjadi Perdana mentri Negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam pemilu tahun1955 ia terpilih menjadi anggota DPR. Dari tahun 1956 hingga 1958 ia menjadi anggota konstituante RI,dan sejak tahun 1958 menjadi deputi perdana mentri PRRI,sampai akhirnya pada tahun 1960 ditangkap oleh pemerintah dengan tuduhan ikut terlibat dalam pemberontajan PRRI. Sejak tahun 1962 sampai dengan tahun1966 ia ditahan dirumah tahanan militer Keagungan Jakarta. Sejak dibebaskan dari tahanan,dia aktif dalam organisasi-organisasi islam ,seperti pada Kongres Muslim Sedunia pada tahun 1967 yang bermarkas di Karachi,sebagai wakil presiden.
Pada tahun 1976 ia menjadi anggota Dewan Masjid sedunia yang bermarkas di Makkah. Adapun di Indonesia sejak tahun 1967 sampai dengan usia tuanya ia dipercaya menjadi ketua DDII. Disamping kegiatan dan jabatan diatas ,ada beberapa kegiatan dan jabatan lainnya yang sempat dijalaninya,seperti sebagai penulis artikel pada majalah Pembela Islam,dan suara Republik,penasehat delegasi Indonesia dalam perindingan antara Indonesia dan Belanda,serta penasehat SBII.
Kebiasaan menulis Muhammad Natsir sudah dimulai sejak sekolah di AMS. Pada waktu menduduki kelas IV AMS ia menulis sebuah analisis tentang “ Pengaruh Penanaman Tebu dan Pabrik Gula bagi Rakyat di Pulau Jawa,” terdorong oleh kemauannya untuk membela Islam dari pihak yang merendahkannya dan untuk memberikan pemahaman yang tepat tentang Islam ,ia menulis artikel-artikel,seperti Muhammad als Profeet dan Quran en Evangelie pada tahun 1929. Pada tahun 1931 ia menulis Kon tot Het Gebed dan Kebangsaan Muslimin. Tahun 1932 ia menulis De Islamietische Vrouw en Haar Recht. Buku-buku lainnya ialah Fiqh ad-Da’wah,Capita selecta,Kebudayaan Islam dan ad-Din au al-ladiniyyah

B. Makna dan urgensi Pendidikan Menurut Mohamad Natsir.
Islam adalah agama pendidikan dan pencerdasan umat,demikianlah pandangan Natsir. Pandangan ini terlihat dari tulisan Natsir ketika membantah buku yang ditulis Dr.I.J.Brugmas yang berjudul Geschiendenis vat Onderwijs in Ned Indie( Sjarah Pendidikan di Hindia Belanda ) yang mengatakan bahwa islam adalah agama penakluk yang disebarkan dengan pedang. Untuk menangkis kesimpulan itu, Natsir membuat tulisan dengan judul “Hakikat Agama Islam”. Dalam tulisan ini Natsir menjelaskan secara panjang lebar bahwa islam tidak dapat dikatakan sebagai agama yang tersebar dengan pedang lantaran ia memiliki syariat tentang jihad. Islam harus dilihat secara konfrehensip dimana ia juga merupakan agama yang mengajarkan tentang pendidikan dan hal-hal yang berkaitannya dengan kuat.
Selain itu dapat kita ketahui pula bahwasannya pendidikan adalah seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Segala pengalamansepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan beginya.
Adapun pendidikan menurut pendapat Muhammad Yunus dalam bukunya At-tarbiyah wa ta’lim bahwasannya tujuan dari pendidikan adalah menyiapkan generasi yang dapat menyeimbangkan diri antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Didalam buku Capita Selecta,fikiran-fikiran Muhammad Natsir tentang pendidikan sebagian besar terkumpul disana. Didalamnya tersebutlah tentang makna pendidikan itu dijelaskan oleh Natsir dengan bahasa yang sederhana namun memukau. Menurut Natsir yang dinamakan didikan adalah suatu pimpinan jasmani dan ruhani yang menuju kepada kesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dengan arti yang sesungguhnya. Pimpinan semacam ini antara lain perlu pada dua perkara yaitu: Satu tujuan yang tertentu tempat mengarahkan pendidikan dan satu asas tempat mendasarkannya. Disini dapat kita lihat behwa Natsir melihat pendidikan sebagai usaha untuk mengisi nilai-nilai positif baik bagi jasmani maupun rohani yang menuju kepada terwujudnya manusia yang ideal (insane Kamil) dengan kesempurnaan sifat-sifatnya.
Akan sia-sialah tiap-tiap pimpinan itu apa bila ketinggalan salah satu dari yang dua ini. Apakah tujuan yang akan dituju oleh didikan kita?menurut Natsir tujuan dari pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup kita didunia ini .
Dari sini nampaklah sangat jelas bahwa Natsir tidak membedakan antara tujuan pendidikan dengan tujuan diciptakannya manusia. Bahkan menurutnya,tujuan pendidikan itu harus sesuai dengan tujuan hidup manusia. Pada suatu kesempatan,Natsir mengatakan:”Apakah tujuan yang akan dituju oleh didikan kita? Sebenarnya tidak pula dapat dijawab sebelum menjawab pertanyaan yang lebih tinggi lagi,yaitu,Apakah tujuan hidup kita didunia ini? Kedua pertanyaan ini tidak dapat dipisahkan,keduanya sama identik.” Tujuan didikan ialah tujuan hidup”, Quranul karim menjawab pertanyaan ini:” Dan Aku ( Allah) tidak jadikan jin dan manusia,melainkan untuk menyembah aku.”(qs Adz-Dzariat:56)
Pendidikan islam mempunyai peranan penting dalam meningkatkan SDM. Secara ideal pendidikan islam berfungsi untuk menyiapakan sumber daya menusia yang berkualitas tinggi baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi maupun dalam hal karakter,sikap moral serata penghayatan dan pengamalan ajaran agama,hal ini sesuai dengan ciri pendidikan agama. Pendidikan islam yang integral tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Intinya pendidika islam,berfungsi membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu,berteknologi,berketerampilan tinggi,sekaligus beriman dabn beramal soleh.
Melihat dari konsep pendidikan Mohamad Nasir,bahwa kemajuan yang akan dicapai oleh pendidikan Islam tidaklah diukur dengan penguasaan atau supremasi atas segala kepentingan duniawi saja,akan tetapi juga melihat sampai dimana kehidupan duniawi memberiakan asset untuk kehidupan akhirat kelak.
Selanjutnya Natsir menjelaskan tentang asas dalam pendidikan islam adalah tauhid. Ajaran tauhid menisfestasinya adalah pembentukan kepribadian dan sasaran serta tujuan dari pendidikan islam itu sendiri. Pendidikan yang didasarkan oleh prinsip tauhid dalam rangka menghambakan diri kepada Allah SWT,simpulnya terletak pada syahadah,dan syahadah dari sisi pendidikan tidak lain adalah sutu pernyataan ‘pembebasan ‘ dari segala macam belenggu yang diciptakan oleh manusia sendiri. Pendidikan dalam islam adalah usaha berproses yang dilakukan oleh manusia secara sadar dalam membimbing manusia menuju kesempurnaan berdasarkan islam.
Menurut Natsir,sisi pertama dari Tauhid adalah memperkokoh kesadaran batin manusia,menumbuhkan spritualitas yang mendalam dan juga menjadi basis etika pribadi. Sedangkan sisi kedua dari tauhid adalah penekanan pada kesatuan universal umat manusia pada umat yang satu,berdasarkan persamaan,keadilan ,kasih sayang,toleransi dan kesabaran. Jadi dalam konteks kemanusiaan, Tauhid menegaskan konsep humanism universal yang tampa batas,serta sumber dan rujukan didalam penyajian materi pendidikan kepada anggota keluarga dan masyarakat yaitu ayat-ayat Al-quran dan hadis Rasul.
Muhamad Natsir mengibaratkan tauhid sebagai sebuah pisau yang bermata dua.pada satu sisi dia menegaskan ke-Esaan Allah satu-satunya Zat yang diperTuhankan oleh manusia,dan menjadi titik tolak bagi seorang muslim dalam memandang hidupnya sebagai sesuatu dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan,serta pemahaman bahwa manusia itu adalah hamba-hambanya yang menjalani kehidupan yang sementara didunia ini,maka tauhid membawa implikasi-implikasi besar dalam kehidupan anusia.
Mohamad Natsir menegaskan bahwa seseorang yang telah tertanam nilai kebenaran tauhid akan berani hidup ditengah-tengah dunia,tapi iapun berani mati untuk memberikan darmanya bagi kehakiman ilahi diakhirat. Karena hidup dan matinya telah diperuntukkan bagi Allah Rabbul ‘alamin. Sebab konsep pendidikan yang mengandung tata nilai islam merupakan pondasi structural pendidikan islam.
C. Karakter pendidikan Islam
Yang dimaksud dengan karakter pendidikan Islam disini adalah cirri-ciri khusus yang terdapat dalam pendidikan tersebut. Kekhasan tersebut menurut Mohamad Natsir ada pada beberapa hal berikut ini:
1. Universal
Pendidikan dengan sifat seperti ini diurakan Natsir dalam bentuk penerimaan sumber datangnya ilmu antara Timur dan Barat. Disini Natsir tidak membedakan antara ilmu timur dan ilmu barat. Menurut Natsir sesungguhnya antara Barat danTimur adalah Sama,dimana kedua-duanya adalah makhluk Allah yang bersifat baru. Bagi Natsir Islam hanya mengantagoniskan anta haq dan Bathil
Selanjutnya Natsir mengatakan bahwa kemauan dan kemunduran tidaklah tergantung dari ketimuran dan kebaratan,dam tidak tergantung pada putih kuning atau hitamnya warna kulit,tetapi tergantung pada ada atau tiadanya sifat-sifat dan bibit-bibit dalam salah satu umat,yang menjadikan mereka layak atau tidaknya menduduki tempat yang mulia diats bumi ini.
2. Integral
Artinya pendidikan tidak mengenal pemisahan antara jasmani dan ruhani,serta dunia dan akhirat. Sehingga pendidikanIslam itu mengantarkan seseorang pada kebahagiaan didunia maupun akhirat. Mengenai sifat pendidikan yang integral ini Natsir memahami bahwasannya pendidikan itu mesti memiliki nilai-nilai keseimbangan.Jasmani, ruhani, dunia dan akhirat bukanlah dua barang yang bertentangan yang harus dipisahkan,melainkan dua hal serangkai yang harus lengkap melengkapi dan dilebur menjadi satu susunan yang harmonis dan seimbang.





Kesimpulan
Pendidkan menurut Mohamad Natsir adalah adalah suatu pimpinan jasmani dan ruhani yang menuju kepada kesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusiaan dengan arti yang sesungguhnya.
Menut Natsir tujuan pendidikan Islam sama dengan tujuan penciptaan Manusia dimuka bumi ini, yakni mengabdi kepada alah.Jadi tujuan pendidikan adalah mencptakan manusia yang mengabdi kepada Allah dan menjadi Khalifah Allah dimuka bumi ini
Sebagai dasar dan landasan pendidikan Natsir mengatakan bahwasannya Tauhidlah landasna pendidikan islam,hal ini dikarenakan Tauhid menjadi titik tolak bagi seorang muslim dalam memandang hidupnya sebagai sesuatu dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan,serta pemahaman bahwa manusia itu adalah hamba-hambanya yang menjalani kehidupan yang sementara didunia ini,maka tauhid membawa implikasi-implikasi besar dalam kehidupa manusia.
Selanjutnya Natsir menjelaskan cirri-ciri pendidikan islam yaitu integral,artinya pendidikan islam itu tidak memisahkan antara jasmani,ruhani dunia dan akhirat,kemudian pendidikan islam tersebut haruslah bersifat universal,artinyapendidikan islam tidak membedakan sumber datangnya ilmu,yang ada dalam islam adalah haq dan bathil

Daftar pustaka
• Arifim,MT,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta,Bumi Aksara.tahun 1993
• Basri,Agus,Muhammad Natsir-Politik Melalui Jalan Dakwah-,Jakarta,Media Dalwah,tahun 2008
• Derajat,Zakiah,Pembinaaan Akhlaq Remaja,Jakarta,Bulan Bintang,tth
• Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam,PT Ichtar Baru Van Houve,Jakarta,tahun 1997,jilid 4
• Iskandar,Dinamika Ilmu,Samarinda,STAIN Samarinda,tahun 2004
• Lodge,Ruper.C,Philosophyof Education,New Yok,tahun 1974
• Natsir,Muhammad,Capita Selecta,Jakarta,Bulan Bintang,tahun 1954
• Nur Ali,Heri,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta,PT Logos Wacana Ilmu,tahun 1999
• Panitia Buku Peringatan Natsir dan Roem 70 tahun,Muhammad Natsir 70 tahun Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan,Jakarta,Pustaka Antara,tahun 1978





M

Tidak ada komentar: