Jumat, 13 Januari 2012

Teori Belajar Humanistik

Teori Belajar Humanistik
Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran
A. Pendahuluan
Banyak teori belajar yang kita kenal pada saat ini,salah satunua adalah teori belajar humanistik. Pada makalah yang singkat ini penulis akan mencoba sedikit untuk memaparkan tentang apa yang dimaksud dengan teori Humanistik tersebut dan bagaimana pandangan teori ini terhadap proses belajar mengajar.
Pembahasan dalam makalah ini lebih menitik beratkan pada pengertian belajar menurut teori Humanistik dan juga pandangan tokoh-tokoh pada aliran Humanistik itu sendiri. Seperti pandangan Kolb terhadap belajar,pandangan Habermas,dan juga pandangan Mumford dan Honey terhadap arti dari sebuah proses belajar.
Dari pembahasan ini kita dapat membandingkan dengan teori-teori yang lain,yang mungkin mempunyai nilai lebih dan nilai kurangnya, yang mana hal tersebut dapat kita jadikan suatu perbandingan dan dapat menambah wawasan keilmuan kita terhadap teori-teori belajar yang ada dan berkembang pada saat sekarang ini.


B. Pengertian Teori Humanistik
Teori humanistik adalah suatu teori yang menekankan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam teori ini sangat sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan. Dengan kata lain,teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya,seperti yang dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
Apa bila teori ini hanya menekankan pada isi yang dipelajari dan mengenyampingkan proses dari pembelajaran,maka menurut penulis disinilah letak dari sedikit kelemahan pada teori Humanistik ini.
Menurut penulis,isi dan proses pembelajaran sama-sama pentingnya dalam membentuk manusia yang ideal atau generasi yang dicita-citakan. Karena proses suatu pembelajaran sangat menentukan terhadap berhasil atu tidaknya suatu lembaga pendidikan.
Suatu isi pembelajaran yang baik tidak akan dapat dan tidak maksimal untuk membentuk suatu kepribadian yang ideal tanpa didukung dengan suatu proses yang baik. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan lebih banyak tergantung pada baik atau buruknya proses dalam pendidikan itu sendiri.
Dapat kita gambarkan seperti suatu lembaga pendidikan yang memiliki isi ataupun materi pelajaran yang baik dalam rangka menciptakan kepribadian yang ideal. Akan tetapi lembaga pendidikan tersebut tidak dapat menciptakan suatu proses yang teroganisir dengan baik,seperti kurang profesionalnya seorang guru,tidak adanya media dalam pembelajaran,tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung dan lain sebagainya,maka bagaimana isi atau materi tadi dapat diserap dengan baik oleh para siswa. Jadi kesimpulannya proses tetap dibutuhkan dalam menciptakan suatu pendidikan yang ideal.
Menurut teori ini tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.para ahli humanistic melihat adanya dua bagaian dalam pross belajar,yaitu:

• Proses pemerolehan informasi baru
• Personalia informasi ini dalam individu
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

C. Pandanangan Kolb terhadap Belajar
Kolb sebagai seorang ahli penganut aliran humanistic membagi tahap-tahap belajar menjadi empat bagian yaitu :
a. Tahap pengalaman konkret
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.Ia dapat melihat dan merasakan,menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum dapat mengetahui dan memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut.Kemampuan inilah yang terjadi pada seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.
Dari penjelasan diatas bahwa dapat kita lihat seseorang yang baru mengetahui suatu objek berdasarkan indra belumlah kita katakan belajar,Karena belum adanya perubahan dalam diri orang tersebut.Orang tersebut hanya sebatas mengetahui tentang suatu peristiwa,akan tetapi belum dapat memahami dan menjelaskan hakikat dari peristiwa tersebut

b. Tahap pengamatan aktif dan reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi sebatra aktif terhadap peristiwa yang dialaminya, ia mulai berupaya mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaiman hal itu bisa terjadi. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses belajar
c. Konsep Konseptualisasi
Tahap ketiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang suatu objek yang menjadi perhatiannya. Berfikir induktif banyak dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya.

d. Tahap eksperimen Aktif
Pada tahap ini orang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep,teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata, dan mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk mampu memecahkan masalah yang dihadapinya,yang belum ia jumpai sebelumnya.
Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwasannya tahap-tahap belajar menurut Kolb dimulai dari pengamatan indra (pengamatan indra), melakukan observasi,membuat suatu teori,sampai akhirnya memecahkan masalah dengan menggunakan teori yang diciptakannya tadi.
D. Pandangan Hambermas terhadap Belajar
Menurut Habernas,belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangan yang demikian maka Habermas membagi tipe belajar menjadi tiga bagian,yaitu; Belajar tekhnis,Belajar praktis,belajar emansipatoris.

a. Belajar tekhnis
Yang dimaksud dengan belajar tekhnis adalah bagaimana anak dapat berinterakasi dengan alam dan lingkungan sekitarnya dengan benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam dengan baik. Oleh sebab itu ilmu-ilmu alam atau sains amat dipentingkan dalam belajar tekhnis.
Melihat penjelasan diatas dapat kita lihat pembelajaran menurut teori ini adalah pelajaran yang berinteraksi langsung dengan alam setelah anak didik dibekali dengan teori-teori yang mendukung untuk anak tersebut memamfaatkan sumber daya alam untuk kemaslahatannya sendiri.
b. Belajar praktis
Yang dimaksud dengan belajar praktis adalah bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan orang disekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia. Untuk itu, ilmu yang berhubungan dengan sosiologi, komunikasi, psikologi, antropologi dan semacamnya.
Sungguhpun demikian,mereka percaya bahwa pemahaman dan keterampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya. Oleh karena itu,interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.

c. Belajar Emansipatoris.
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya suatu perubahan atau transposmasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dengan demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang benar untuk terjadinya transpormasi cultural tersebut. Yang mana menurut Habernas inilah tahap belajar yang paling tinggi
Jadi apa bila kita lihat tahapan-tahapan belajar yang diberikan oleh Habermas adalah; belajar tekhnis dengan tujuan agar peserta didik dapat mengusai alam,belajar praktis, dengan tujuan agar seseorang dapat berinteraksi dengan orang sekelilingnya.
Setelah melalui dua tahapan ini dan peserta didik dewasa dalam kehidupannya,maka diharapkan dapat menciptakan suatu budaya dan peradaban yang baru dalam lingkungannya. Dapat kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan menurut Habermas adalah menciptakan kebudayaan dan peradaban baru dalam kehidupan peserta didik.

E. Pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar
Tokoh teori humanistic lainnya adalah Honey dan Mumford. Pandangannya terhadap belajar di ilhami oleh pandangan Kolb mengenai tahap -tahap belajar. Honey dan Mumford mengolong-golongkan orang yang belajar kedalam empat macam atau golongan yaitu kelompok aktivis, golongan reflector, kelompok teoritis dan golongan pragmatis. Masing-masing kelompok memiliki karekteristik yang berbeda dengan kelompok yang lainnya.
a. Kelompok aktivis
Orang-orang yang tergolong dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Orang-orang tipe ini mudah untuk diajak berdialog, memiliki pemikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain dan mudah percaya. Namun dalam melakukan tindakan sering kali kurang mempertimbangkan secara matang dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya untuk melibatkan diri. Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal-hal yang sifatnya penemuan-penemuan baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru. Namun mereka cepat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.
b. Kelompok reflector
Dalam melakukan tindakan, orang-orang tipe reflector sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan. Pertimbangan baik-buruk, untung-rugi, selalu diperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang-orang demikian tidak mudah dipengaruhi, sehingga cenderung bersifat konservatif.
c. Kelompok Teoris
Orang-orang tipe teoris memiliki kecenderungan yang sangat kritis. Mereka suka menganalisis, berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum. Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Dalam melakukan memutuskan sesuatu kelompok teoris penuh dengan pertimbangan, sangat skeptif dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
d. Kelompok Pragmatis
Orang-orang tipe pragmatis memiliki sifat-sifat yang praktis. Mereka tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil dan sebagainya. Bagi mereka yang penting adalah aspek-aspek praktis. Sesuatu hanya bermanfaat jika dipraktekkan. Bagi mereka , sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat dalam kehidupan.
Dalam pengajaran kepada siswa maka seorang guru harus mengetahui kecendrungan peserta didiknya mengarah kekelompok mana anak didik tersebut berada. Anak didik yang cendrung pada kelompok pragmatis,maka seorang guru tidak dapat memberikan kepada mereka teori-teori yang banyak,ataupun berdialog dengan mereka.
Orang-orang yang ada pada kelompok ini lebih cendrung pada pengalaman langsung,jadi guru harus membawa merekan pada pengalaman-pangakaman langsung,dan hal tersebut akan lebih membekas pada diri mereka.
F. Aplikasi Teori Belajar Humanistik Terhadap Proses Belajar
Semua tujuan pendidikan di arahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang di cita - citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Maka sangat perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertaian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan - pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistic ini masih sukar untuk diterjemahkan kedalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini sangat besar. Ide-ide, konsep-konsep tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia.
Dalam prakteknya teori humanistic ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah - langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistic, namun paling tidak dapat dirumuskan langkah -langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi pembelajaran
3. Mengidentifikasikan kemampuan awal siswa
4. Mengidentifikasi topic-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secar aktif melibatkan diri dalam atau mengalami dalam belajar
5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
6. Membimbing siswa belajar secara aktif
7. Membimbing siswa untuk memahami hakekat makna dari pengalaman belajarnya
8. Membimbing siswa membuat konseptual pengalaman belajarnya
9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Prinsip- prinsip belajar humanistic:
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
6. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
7. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
8. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
9. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar







Kesimpulan
Menurut teori HUmanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri dengan kata lain sisiwa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistic cendrung bersifat eklektik, maksudntya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Beberapa tokoh penganut aliran humanistic diantaranya adalah:
a. Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar yaitu, pengalaman konkrit,pengalaman aktif dan reflektif, konsepyualisasi, dan eksperimentasi aktif.
b. Honey dan Mumford menggolongkan siswa menjadi empat yaitu,aktivis,reflector,teoris dan pragmatis
c. Hubermas membedakan tiga macam tipe belajar yaitu:belajar teknis,belajar praktis,dan belajar emansipatoris
Aplikasi toeri Humanistik dalam kegiatan pembelajaran cendrung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan factor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

Tidak ada komentar: