Jumat, 13 Januari 2012

Konsep Pendidikan Islam

Pendahuluan
Berbicara tentang pendidikan,kita tidak akan terlepas dari membicarakan tentang hakikat dari pendidikan itu sendiri. Untuk mengetahui akan hakikat dari pendidikan itu,maka kita akan menelusuri terlebih dahulu arti kata dari pendidikan itu,baru kita akan mendapatkan apa hakikat dari pendidikan tersebut.
Setelah mengetahui hakikat dari pendidikan,barulah kita akan mengetahui tujuan dari pendidikan,kearah mana pendidikan tersebut akan membawa kita,dan kemana kita akan membawa pendidikan itu sendiri.
Dalam makalah yang sangat singkat ini,penulis akan mencoba memaparkan tentang Konsep dasar dari Pendidikan islam. Dimana dalam makalah ini akan membahas tentang hakikat pendidikan Islam,tujuan Pendidikan Islam,Fungsi Pendidikan Islam,Kurikulum dan Pendekatan-pendekatan Dalam Pendidikan Islam.
Mudah-mudahan sedikit yang ditulis ini dapat menambah khazanah pengetahuan kita tentang pendidikan,khususnya pendidikan islam.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam rangka kesempurnaan makalah ini,dan akhirnya hanya pada Allah kita berserah diri.


Konsep Dasar pendidikan Islam

A.     Hakekat Pendidikan islam.
       Islam sebagai agama dan sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan.Hal ini terlihat jelas dalam berbagai konsep dalam ajaran islam itu sendiri. Salah satu diantaranya melalui pendekatan terminologi. Islam itu memuat berbagai macam makna,salah satunya yaitu kata Sullam  yang makna asalnya adalah tangga .Apa bila kita kaitkan dengan pendidikan makna ini setara dengan makna peningkatan kualitas sumber daya insani.[1]
Islam sangat memperhatikan peningkatan kualitas umatnya,baik dari segi ilmu pengetahuan,amalan ataupun ibadah. Rasulullah pernah mengingatkan umatnya dalam sebuah sabdanya “orang yang hari ini lebih jelek dari hari kemarin adlah orang yang merugi”.
Dari sabda Rasulullah SAW ini dapatlah kita  kita lihat,salah satu konsep Islam adalah umatnya harus selalu meningkat dari hari kehari,baik dari segi ilmu pengetahuan,peribadatan,dan juga amalan-amalan lainnya.
Untuk menciptakan suatu peningkatan yang fositif dalam diri manusia dibutuhkan pendidikan. Manusia sulit untuk mencapai suatu peningkatan kualitas hidup dan amalnya,apa bila manusia tersebut tidak mengetahui cara unutk meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani.
Oleh karena itu,maka konsep pendidikan menurut pandangan islam harus dirujuk dari berbagai macam aspek,antara lain aspek keagamaan,aspek kesejahteraan,aspek kebasahasaan,aspek ruang lingkup dan aspek tanggung jawab.[2]
Yang dimaksud dengan aspek keagamaan adalah bagaimana hubungan islam sebagai agama  dengan pendidikan. Maksudnya apakah  ajaran islam memuat informasi pendidikan hingga dapat dijadikan sumber rujukan dalam penyususnan konsep pendidikan.
Sedangkan aspek kesejahteraan merujuk kepada latar belakang sejarah pemikiran para ahli tentang pendidikan dalam islam dari zaman kezaman,lebih khusus lagi ada tidaknya peran islam dalam bidang pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan hidup manusia.
Kemudian yang dimaksud dengan aspek kebahasaan, adalah bagaimana pembentukan konsep pendidikan atas dasar pemahaman secara etimologi.
Apa bila kita merujuk kepada informasi Al-quran pendidikan mencakup seluruh aspek jagad raya ini,bukan hanya terbatas  pada manusia semata,yakni dengan menempatka Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung.Kosa kata Rabba (رب ) yang dirujuk sebagai akar kata dari konsep (تربية ) atau pendidikan,pada hakikatnya merujuk kepada Allah sebagai Murabbi (pendidik) sekalian alam.[3]
Kemudian sebagai landasan pemikiran berikutnya dalam pendidikan islam dapat dirujuk kata ( تا ديب ).Sebagai unsur rujukan dari kata ta’dib adalh hadis nabi yang berbunyi: “aku dididik oleh Tuhanku maka ia memberikan kepadaku sebaik-baik didikan”.
Dari sisni kita lihat bahwa  kata ta’dib mengandung pengertian mendidik dan juga sudah merangkum pengertian tarbiyah dan ta’lim.Disamping itu juga pengertian itu mempunyai hubungan erat pendidikan dalam Islam.
Selanjutnya aspek ruang lingkup diperlukan untuk mengetahui tentang batas-batas kewenangan pendidikan menurut ajaran islam.[4]
Dengan memperhatikan berbagai macam aspek diatas diharapkan pendidikan islam dapat memberikan arti yang penting bagi penyelenggara pendidikan. Dan pendidikan islam tersebut tidak mengambang dalam  menentukan tujuan dari pendidikan tersebut.
Untuk mengetahui hal itu perlu pula digunakan pendekatan yang didasarkan kepada aspek tanggung jawab kependidikan itu sendiri.Tanggung jawab dalam islam sangat penting,sebab ia merupakan bagian dariamanat yang harus ditunaikan olah manusia.Sehubungan dengan itu,maka islam dalam ajarannya senantiasa mengedepankan kewajiban,Mengedepankan kewajiban terlebih dahulu,baru sesudah itu menuntut hak.[5]
Berdasarkan uraian diatas maka konsep pendidikan dapat disusun sesuai dengan hakekat pendidikan menurut ajaran Islam. Sebab bagaimanapun konsep pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri.Keduanya tidak mungkin dipisahkan.
Dengan mengetahui tentang hakikat pendidikan Islam itu sendiri,diharapkan kita dapat memberikan warna dan tujuan dari pendidikan Islam tersebut. Memenuhinya dengan nilai-nilai yang sarat dengan ke Islaman,dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari pada setiap peserta didik.

B. Tujuan Pendidikan Islam
Banyak dari pakar pendidikan yang merumuskan tentang tujuan pendidikan Islam,yang mana tujuan tersebut merupakan stasiun terakhir yang harus dicapai oleh pendidikan tersebut, Diantaranya Dr Zakiah derajat yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan ,yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insal kamil dengan pola taqwa.[6]
Dari pengertian yang disebutkan diatas dapat kita cermati bahwasannya tujuan pendidikan adalah mencetak manusia untuk menjadi insan kamil dengan pola yang bertaqwa.
Insan kamil adalah manusia yang utuh jasmani dan rohani ,dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal.Kemudian insan kamil tersebut haruslah menghiasi dirinya dengan nilai-nilai keagamaan dalam rangka menjadikan dirinya sebagai hamba Allah swt.
Berbeda dengan Omar at-Toumi al-Syaibani seperti yang dikutip oleh Dr.H. Jalaluddin mengatakan bahwasannya tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlaq hingga mencapai akhlaq karimah.[7] Tujuan yang diberikan oleh Omar at-toumi al-Syaibani sama dengan tujuan yang akan dicapai oleh para rasul dan Nabi,yaitu membimbing manusia  agar manusia tersebut berakhlaq mulia.
Yang dimaksud dengan akhlaq mulia disini adalah,bagaimana manusia bisa memposisikan dirinya sebagai hamba Allah sehingga manusia tersebut tidak melanggar aturan-aturan Allah dan mengerjakan seluruh suruhan-suruhan Nya. Kemudian manusia tersebut dapat mengadakan interaksi yang baik dengan sesama makhluq Allah dimuka bumi ini,sehingga manusia tidak mengadakan perusakan dimuka bumi Allah dan senantiasa memakmurkan dan melestarikan alam ciptaan Allah.
Kemudian yang terakhir yang dimaksud dengan Akhlaq mulia disini adalah manusia tersebut dapat berakhlaq dengan diri pribadi dengan cara menjaga kesinambungan kehidupannya dan tidak menjerumuskan dirinya kepada apa-apa yang dimurkai olah Allah.
Adapun menurut Ahmad D Marimba dalam bukunya Pengantar filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan  hidup seorang muslim yaitu beribadah kepada Allah.[8]Tujuan ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
Artinya:” Dan tidaklah kami jadikan golongan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.
Menurut H Muzayyin Arifin,tujuan pendidikan Islam adalah meciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan tinggi,dimana iman dan taqwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengalamannya dalam masyarakat manusia. Bilamana tidak demikian,maka derajat dan martabat diri pribadinya selaku hamba Allah akan merosot,bahkan akan membahayakan umat manusia lainnya.[9]
Dari tujuan-tujuan yang diberikan oleh para ahli diatas,dapatlah kita mengambil suatu kesimpulan bahwasannya tujuan pendidikan Islam adalah mencetak suatu generasi yang dapat mengemban misi penciptaannya dimuka bumi ini yaitu beribadah kepada Allah.mempunyai akhlaq yang baik dan menjadi perpanjangan tangan dari Allah SWT untuk mengatur,memakmurkan dan melestarikan bumi ini dalam rangka pengabdian kepada Allah Swt.
Untuk menjadikan manusia yang berakhlaq mulia,insan kamil,dan menjadikan manusia sebagai hamba Allah,tidak lain dengan pendidikan. Pendidikan adalah kunci dari berhasil atau tidaknya kita menciptakan apa yang kita katakan dengan insan kamil.akhlaq mulia,dan hamba Allah.
Pendidikan tidak hanya melatih dan menggembleng kognitif para peserta didik, Lebih dari itu pendidikan juga memfokuskan pada perkembangan afektif, psikomotorik dan juga keimanan pesrta didik kepada Allah SWT.
Berapa banyak kita melihat lembaga-lembaga pendidikan yang mencetak kader yang dari segi intelektualnya  dapat dibanggakan. Akan tetapi kecerdasan intelektual tersebut tidak diiringi oleh kecerdasan spiritual, sehingga keintelektualannya menjadi dominan dalam dirinya dan mengabaikan nilai-nilai spiritual. Sehingga manusia berjalan akan tetapi berjalannya tanpa ada suatu tujuan yang jelas
Pendidikan islam tidaklah mempunyai tujuan yang seperti itu. Pendidikan Islam menyatukan dan mengombinasikan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Yang mana generasi-generasi yang seperti inilah yang diharapkan dapat menjadi pemimpin, mujahid sekaligus mujadid dimuka bumi ini.


C.     Fungsi Pendidikan Islam.
Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu secara sadar perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.adapun secara makro (luas) ialah sebagai alat:
1.     Pengembangan pribadi
2.     Pengembangan warga Negara
3.     Pengembangan kebudayaan
4.     Pengembangan bangsa.[10]
Sedangkan menurut Muzayyin Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan  Islam mengatakan bahwa fungsi dari pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancer.[11]
Berdasarkan fungsi pendidikan diatas,apa bila kita kaitkan dengan pendidikan islam, maka pendidikan islam tersebut merupakan suatu sarana dalam rangka membentuk perkembangan jasmani dan rohani berdasarkan nilai-nilai islami. Pendidikan islam dikatakan sebagai sarana dikarnakan pendidikan tersebut dijadikan wasilah dalam rangka mendidik, mencetak kepribadian manusia dalam rangka mencapai tujuan dari pendidikan islam itu sendiri.
Pada prinsipnya mendidik adalah memberikan tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik. Didalam pengertian memberikan tuntunan telah tersimpulkan suatu dasar pengakuan bahwa anak memiliki daya-daya atau potensi untuk berkembang. Potensi yang ada pada anak akan selalu berkembang. agar potensi tersebut berkembang kearah yang positif, maka anak memerlukan bantuan, bimbingan dan juga arahan. Jika tidak adanya unsur  bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada peserta didik atau anak, maka potensi tersebut tetap tinggal potensi belaka yang tidak sempat diaktualisasikan. Dengan kata lain potensi yang tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan arahan.maka potensi tersebut tidak akan berkembang bahkan akan hilang.
D.     Kurikulum Pendidikan Islam.
Menurut al-syaibani,seperti yang dikutip oleh Nur uhbiati dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social, olah raga, dan kesenian yang disediakan sekolah bagi murid-murid didalam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.[12]
Dari defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam kurikulum tersebut mempunyai empat unsur utama:
1.       Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan perkataan lain orang seperti apa yang akan kita bentuk.
2.       Pengetahuan, informasi-informasi, data-data pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. Bagian ini sering kita sebut dengan mata pelajaran
3.       Metode dan cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mendorong siswa dalam belajar dan membawa para siswa tersebut pada tujuan dari kurikulum tersebut.
4.       Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum.

Secara lebih singkat lagi dapat kita katakana kurikulum tersebut mengandung tujuan-tujuan, isi atau mata pelajaran, metode mengajar,dan metode penilaian.
Berbicara tentang tujuan-tujuan dari kurikulum tergantung pada tujuan-tujuan yang menjadi misi dalam mazhab-mazhab pendidikan. Mahmud Yunus dalam bukunya At-tarbiyah wa at-ta’lim mengatakan perbedaan kurikulum dalam pendidikan lebih disebabkan oleh  beberapa faktor, antara lain:
Ø Perbedaan dalam memahami hakikat dari pendidikan
Ø Perbedaan  dan kecendrungan dalam memahami tujuan hidup[13]
Pemahaman terhadap hakikat dari pendidikan menyebabkan perbedaan dalam penyusunan kurikulum, demikian pula halnya dengan perbedaan dalam tujuan hidup. Manusia yang memandang bahwa tujuan hidupnya adalah dunia, maka kurikulum yang akan disusunnya adalah kurikulum yang menunjang kesuksesan hidup didunia semata,tanpa memperhatikan kehidupan setelah dunia.
Sebagai contoh konkrit dapat kita lihat pada pendidikan orang-orang Sparta(salah satu kerajaan Yunani kuno). Orang-orang Sparta beranggapan bahwa tujuan hidup mereka adalah untuk berbakti kepada Negara, untuk memperkuat Negara. Dan pengertian kuat menurut orang-orang Sparta dalah kekuatan fisik. Untuk menunjang kekuatan fisik tersebut,maka pendidikan pada orang-orang Sparta lebih menitik beratkan pada pendidikan fisik. Otomatis kurikulum dalam pendidikannya memuat tata cara dan aturan-aturan bagaimana membuat peserta didiknya mempunyai fisik yang kuat.
Demikian pula dengan pandangan-pandangan golongan yang lain terhadap tujuan pendidikan yang mempengaruhi golongan tersebut dalam penyusunan kurikulum.

a.  Prinsip-prinsip kurikulum
Dalam menyusun kurikulum yang kita gunakan sebagai salah satu alat dalam mencapai tujuan pendidikan, kita perlu memperhatikan beberapa prinsip yang mendasar dalam kurikullum tersebut, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
Ø Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama termasuk ajaran dan nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum termasuk falsafah, tujuan, kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan haruslah berdasarkan Islam, dan bertujuan untuk membina pribadi dalam membentuk manusia yang islami pula.
Ø Prinsip kedua adalah menyeluruh pada tujuan dan kandungan kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi semua aspek pribadi pelajar, maka kandungannyapun harus meliputi yang berguna untuk membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina akidah ,akal dan jasmaninya. Begitu juga yang bermamfaat bagi masyarakat dan perkembangan spiritual, kebudayaan, social ekonomi, termasuk ilmu agama dan lain-lain
Ø Prinsip ketiga dalah keseimbangan yang relativ antara tujuan dan kandungan kurikilum. Kalau perhatian pada aspek spiritual dan syariat lebih besar, maka aspek spiritual tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam kehidupan. Ini karena agama Islam yang menjadi sumber ilham kurikulum dalam menciptakan falsafah dan tujuannya menekankan kepentingan dunia dan akhirat, serta mengakui pentingnya jasmani akal dan jiwa. Oleh karena itu kaum muslimin harus memilih jalan tengah, keseimbangan dan kesederhanaan dalam segala sesuatu
Ø Prinsip keempat berkaitan dengan bakat, minat kemampuan dan kebutuhan pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan sosial tempat pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran pengalaman dan sikapnya. Dengan memelihara prinsip ini,kurikulum akan lebih sesuai sifat semula jadi pelajar, lebih memenuhi kebutuhannya dan lebih sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan masyarakat.
Ø Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individual antara pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga pemeliharaan perbedaan dan kelainan diantara alam sekitar. Pemeliharaan ini dapat menambah kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan pelajar dan masyarakat serta menambahkan fungsi dan gunanya sebagaimana menambahkan keluwesannya
Ø Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan slam yang menjadi pengambilan filsafah, prinsip,d asar kurikulum. Metode mengajar pendidikan Islam mencela sifat meniru (taklid) scara membabi buta atau pun bertahan pada suatu yang kuno yang diwarisi dan mengikuti tampa selidik.Islam mengalahkan perkembangan  dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan.
Ø Prinsip ketujuh adalah prinsip pertautan antara mata pelajaran,  pengalaman dan aktiva yang terkandung dalam kurikulum.  Begitu juga dengan pertautan antara kandungan dan kebutuhan murid, kebutuhan masyarakat, tuntutan zaman tempat belajar. Begitu juga dengan perkembangan yang logis yang tidak melupakan kebutuhan,bakat,dan minay murid.[14]
Dari prinsip - prinsip diatas dapat kita lihat bahwasannya kurikulum pendidikan islam haruslah meliputi semua faktor yang ada dalam kehidupan manusia. Didalam islam tidak mengenal adanya dikotomi ilmu. Islam adalah agama dan ajaran yang sempurna yang tidak membedakan ilmu dunia dan akhirat. Ilmu yang diberikan Allah tidak lain dan tidak bukan sebagai sarana seorang hamba untuk mengabdi dan lebih mengenal sang pencipta.
Kurikulum  Pendidikan Islam juga memuat suatu keseimbangan antara aspek spiritual dan aspek kehidupan. Keseimbangan ini diharapkan akan membentuk suatu kepribadian yang dapat hidup ditengah-tengah masyarakat dan meberikan suatu solusi terhadap masalah-masalah yang muncul dimasyarakat.
Umat Islam yang dalam kehidupannya hanya menguasai ilmu-ilmu yang syar’i dan melupakan persoalan-persoalan yang berkembang ditengan masyarakat, maka umat tersebut akan berada tertinggal jauh dibelakang, dan kejumudan akan menyelimuti kehidupan umat tersebut. Untuk menghapuskan hal-hal tersebut, maka dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam  harus adanya keseimbangan, dan kaum muslimin harus memilih jalan tengan,yakni keseimbangan dan kesederhanaan dalam segala sesuatu.

b.  Pengklasifikasian kurikulum menurut para ahli.
Imam Al-ghazali menytakan ilmu-ilmu pengetahuan yang harus dijadikan bahan kurikulum lembaga pendidikan yaitu:
Ø Ilmu-ilmu yang fardhu ‘ain yang wajib dipelajari oleh semua orang islam meliputi ilmu-ilmu agama yakni ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan hadis.
Ø Ilmu-ilmu yang merupakan fardhu kifayah, terdiri dari ilmu-ilmu yang dapat dimanfa’atkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, seperti ilmu hitung, ilmu kedokteran. ilmu tekhnik, ilmu pertanian, industri dan lain-lain.

Dari kedua kategori ilmu-ilmu tersebut,Al-Ghazali merinci lagi kurikulum menjadi beberapa bagian:
Ø Ilmu-ilmu Al-Quran dan ilmu agama seperti Fiqh,Hadist,dan Tafsir
Ø Ilmu bahasa seperti nahwu,shorof,makhraj,dan lafal-lafalnya yang membantu ilmu agama
Ø Ilmu-imu yang fardu kifayah,terdiri dari berbagai ilmu yang memudahkan urusan kehidupan duniawi seperti kedokteran,matematika,tekhnonogi,ilmu politik,dan lain sbagainya
Ø Ilmu kebudayaan,seperti syair,sejarah,dan beberapa cabang filsafat.[15]

Ibnu Sina memberikan klasifikasi ilmu pengetahuan untuk dajarkan kepada anak didik dalam dua macam,yaitu:
Ø Ilmu Nadari atau ilmu teoritis,yang termasuk dalam jenis ini adalah ilmu alam,ilmu riady (ilmu matematika),ilmu ilahi,yaitu ilmu yang mengandung ikhtibar tentang maujud dari alam dan isinya yang dianalisa secara jujur dan jelas.
Ø Ilmu-ilmu amali (praktis) yang terdiri dari berapailmu pengetahuan dan prinsip-prinsipnya berdasarkan atas sasaran-sasaran analisisnya.Misalnya ilmu yang menganalisis tentang prilaku manusia dilihat dari aspek sosial,maka akan timbul ilmu siasah.
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa seluruh ilmu yang ada dalam Al-quran harus diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu tersebut meliputi:
1.  ilmu agama
2.  sejarah
3.  falak
4.   ilmu bumi
5.  ilmu jiwa
6.  ilmu kedokteran
7.  ilmu pertanian
8.  biologi
9.  ilmu hitung
10.  ilmu hukum
11.  ilmu kemasyarakatan
12.  ilmu ekonomi
13.  balaghah
14.  serta bahasa Arab.
Menurut penulis, penyusunan kurikulum haruslah sesuai dengan visi ,misi dan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Semua yang mendukung dalam rangka tercapainya visi.misi,dan tujuan pendidikan tersebut haruslah diajarkan kepada siswa, tanpa membedakan mana pendidikan agama dan pendidikan umum, hal tersebut perlu diperhatikan agar out put yang dihasilkan sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh lembaga pendidikan tersebut.
Penyelenggara Pendidikan Islam harus menyadari bahwa kurikulum pendidikan Islam harus mencerminkan idealitas quran yang tidak memilah-milah jenis disiplin ilmu secara dikotomik, menjadi ilmu agama terpisah dari ilmu-ilmu duniawi yang lazim disebut umat Islam khususnya di Indonesia dengan sebutan ilmu pengetahuan umum. Keselarasan dan kesempurnaan tidak akan terwujud, kecuali dengan menyerasikan antara agama dan ilmu pengetahuan.




E. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pendidikan Islam
a.  Pendekatan Sains
Pendekataan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya.
Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip - prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif  maupun kualitatif,  sehingga ilmu pendidikan dapat di iris-iris menjadi bagian - bagian yang lebih detail dan mendalam.
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti:
·     Sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan
·     Psikologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar.
·     Administrasi atau manajemen pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
·     Teknologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien.
·     Evaluasi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
·     Bimbingan dan konseling adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti sosiologi,  teknologi, terutama psikologi .
b.  Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains.[16]    
c.      Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.[17]
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner



Kesimpulan
Pendidikan Islam Adalah Pendidikan yang disusun sesuai dengan konsep Islam, yang mana konsep pendidikan Islam tersebut identik dengan ajaran islam itu sendiri.
Berbicara mengenai tujuan Pendidikan islam,maka kita akan menemui banyak tujuan-tujuan Pendidikan Islam yang diberikan oleh para ahli,disini dapat kita simpulkan bahwasannya tujuan Pendidikan islam itu adalah mencetak suatu generasi yang dapat mengemban misi pencptaannya dimuka bumi ini,yaitu beribadah kepada Allah,berakhlaq karimah dan menjadi perpanjangan tangan Allah dalam memakmurkan bumi ini.
Adapun fungsi dari pendidikan islam itu sendiri adalah;1, Pengembangan pribadi, 2 Pengembangan warga Negara,3 Pengembangan kebudayaan,4 Pengembangan bangsa.



Daftar pustaka
Prof. Dr. H. Jalaluddin,Teologi Pendidikan,Jakarta:Rajawali Pres,tahun 2003
Dra. Nur Uhbiati,Ilmu Pensisikan Islam,Bandung:Pustaka Setia,tahun 1999
Drs, Ahmad D Marimba,Pengantar Filsafat pendidikan Islam,Bandung:PT Al-Ma’arif,tahun 1962
Prof.H.Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Bumi aksara,tahun 2009
Drs. Fuad Ihsan,Dasar-Dasar Kepandidikan,Jakarta:PT Rineka Cipta,tahun 2003
Mahmud Yunus,At-Tarbiyah Wa At-Ta’lim (Arab),Pustaka Dar As-saam,tth
Drs. Hamdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung:Pustaka Setia,tahun 1998
http://Akhmadsudrajat.worldpress.com/2009/01/07


[1] Prof.Dr.H.Jalaluddin,Teologi Pendidikan,Rajawali Pers,Jakarta 2003,hal 70
[2] Ibid.hal 71
[3] Ibid,hal 114
[4] ibid
[5] Ibid,hal 72
[6] Dra Nur uhbiati,Ilmu Pendidikan Islam,Pustaka Setia,Bandung,1999,hal 41
[7] Prof,Dr.H. Jalaludin op cit hal 92
[8] Drs.Ahmad D Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,PT Al-Ma’arif Bandung,1962,hal 47.
[9] Prof.H. Muzayyin Arifin,Filsafat pendidikanIslam,Bumi aksara,Jakarta,tahun2009,hal 112
[10] Drs Fuad Ihsan,Dasar-Dasar Kependidikan,Rineka Cipta,Jakarta,tahun 2003,hal 11
[11] Prof.Dr Muzayyin Arifin,op cit hal 34
[12] Dra.Nur Uhbaiti,op cit hal 75
[13] Mahmud Yunus,At-tarbiyah wa at-ta’lim,pustaka Dar-as-salam  tth.hal 8
[14] Drs.H. HAmdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Pustaka Setia,Bandung,tahun1998,hal 135
[15] Ibid,hal 143
[16] http://akhmad sudrajat.wordpress.com/2009/01/07
[17] ibid

Tidak ada komentar: