Pendahuluan
Berbicara tentang pendidikan,kita tidak
akan terlepas dari membicarakan tentang hakikat dari pendidikan itu sendiri.
Untuk mengetahui akan hakikat dari pendidikan itu,maka kita akan menelusuri
terlebih dahulu arti kata dari pendidikan itu,baru kita akan mendapatkan apa
hakikat dari pendidikan tersebut.
Setelah mengetahui hakikat dari
pendidikan,barulah kita akan mengetahui tujuan dari pendidikan,kearah mana
pendidikan tersebut akan membawa kita,dan kemana kita akan membawa pendidikan
itu sendiri.
Dalam makalah yang sangat singkat
ini,penulis akan mencoba memaparkan tentang Konsep dasar dari Pendidikan islam.
Dimana dalam makalah ini akan membahas tentang hakikat pendidikan Islam,tujuan
Pendidikan Islam,Fungsi Pendidikan Islam,Kurikulum dan Pendekatan-pendekatan
Dalam Pendidikan Islam.
Mudah-mudahan sedikit yang ditulis
ini dapat menambah khazanah pengetahuan kita tentang pendidikan,khususnya
pendidikan islam.
Kritik dan saran sangat penulis
harapkan dalam rangka kesempurnaan makalah ini,dan akhirnya hanya pada Allah
kita berserah diri.
Konsep Dasar pendidikan Islam
A. Hakekat Pendidikan islam.
Islam sebagai agama dan sekaligus sebagai sistem
peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan.Hal ini terlihat jelas dalam
berbagai konsep dalam ajaran islam itu sendiri. Salah satu diantaranya melalui pendekatan terminologi. Islam itu memuat berbagai macam makna,salah satunya yaitu kata Sullam yang makna asalnya adalah tangga .Apa bila kita kaitkan dengan pendidikan makna ini setara dengan makna
peningkatan kualitas sumber daya insani.[1]
Islam sangat memperhatikan peningkatan
kualitas umatnya,baik dari segi ilmu pengetahuan,amalan ataupun ibadah. Rasulullah pernah mengingatkan umatnya dalam sebuah sabdanya “orang yang
hari ini lebih jelek dari hari kemarin adlah orang yang merugi”.
Dari sabda Rasulullah SAW ini dapatlah
kita kita lihat,salah satu konsep Islam
adalah umatnya harus selalu meningkat dari hari kehari,baik dari segi ilmu
pengetahuan,peribadatan,dan juga amalan-amalan lainnya.
Untuk menciptakan suatu peningkatan yang fositif
dalam diri manusia dibutuhkan pendidikan. Manusia sulit untuk mencapai suatu peningkatan
kualitas hidup dan amalnya,apa bila manusia tersebut tidak mengetahui cara
unutk meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani.
Oleh karena itu,maka konsep pendidikan menurut
pandangan islam harus dirujuk dari berbagai macam aspek,antara lain aspek
keagamaan,aspek kesejahteraan,aspek kebasahasaan,aspek ruang lingkup dan aspek
tanggung jawab.[2]
Yang dimaksud dengan aspek keagamaan adalah
bagaimana hubungan islam sebagai agama
dengan pendidikan. Maksudnya apakah ajaran islam memuat informasi pendidikan hingga dapat dijadikan sumber rujukan dalam penyususnan
konsep pendidikan.
Sedangkan aspek kesejahteraan merujuk kepada
latar belakang sejarah pemikiran para ahli tentang pendidikan dalam islam dari
zaman kezaman,lebih khusus lagi ada tidaknya peran islam dalam bidang
pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan hidup manusia.
Kemudian yang dimaksud dengan aspek
kebahasaan, adalah bagaimana pembentukan konsep pendidikan atas dasar pemahaman
secara etimologi.
Apa
bila kita merujuk kepada informasi Al-quran pendidikan mencakup seluruh aspek
jagad raya ini,bukan hanya terbatas pada
manusia semata,yakni dengan menempatka Allah sebagai Pendidik Yang Maha
Agung.Kosa kata Rabba (رب ) yang dirujuk sebagai
akar kata dari konsep (تربية ) atau pendidikan,pada
hakikatnya merujuk kepada Allah sebagai Murabbi (pendidik) sekalian alam.[3]
Kemudian sebagai landasan pemikiran berikutnya
dalam pendidikan islam dapat dirujuk kata ( تا ديب ).Sebagai unsur rujukan
dari kata ta’dib adalh hadis nabi yang berbunyi: “aku dididik oleh Tuhanku maka
ia memberikan kepadaku sebaik-baik didikan”.
Dari sisni kita lihat bahwa kata ta’dib mengandung pengertian
mendidik dan juga sudah merangkum pengertian tarbiyah dan ta’lim.Disamping
itu juga pengertian itu mempunyai hubungan erat pendidikan dalam Islam.
Selanjutnya aspek ruang lingkup diperlukan
untuk mengetahui tentang batas-batas kewenangan pendidikan menurut ajaran
islam.[4]
Dengan memperhatikan berbagai macam aspek diatas diharapkan
pendidikan islam dapat memberikan arti yang penting bagi penyelenggara
pendidikan. Dan pendidikan islam tersebut tidak mengambang
dalam menentukan tujuan dari pendidikan
tersebut.
Untuk
mengetahui hal itu perlu pula digunakan pendekatan yang
didasarkan kepada aspek tanggung jawab kependidikan itu sendiri.Tanggung
jawab dalam islam sangat penting,sebab ia merupakan bagian dariamanat yang
harus ditunaikan olah manusia.Sehubungan dengan itu,maka islam dalam ajarannya
senantiasa mengedepankan kewajiban,Mengedepankan kewajiban terlebih dahulu,baru
sesudah itu menuntut hak.[5]
Berdasarkan uraian diatas maka konsep
pendidikan dapat disusun sesuai dengan hakekat pendidikan menurut ajaran Islam. Sebab bagaimanapun konsep pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri.Keduanya tidak mungkin dipisahkan.
Dengan mengetahui tentang hakikat pendidikan Islam
itu sendiri,diharapkan kita dapat memberikan warna dan tujuan dari pendidikan Islam
tersebut. Memenuhinya dengan nilai-nilai yang sarat
dengan ke Islaman,dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari pada setiap
peserta didik.
B. Tujuan Pendidikan Islam
Banyak dari pakar pendidikan yang merumuskan tentang tujuan pendidikan Islam,yang
mana tujuan tersebut merupakan stasiun terakhir yang harus dicapai oleh
pendidikan tersebut, Diantaranya Dr Zakiah derajat yang menyatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam secara keseluruhan ,yaitu kepribadian seseorang yang
membuatnya menjadi insal kamil dengan pola taqwa.[6]
Dari pengertian yang disebutkan diatas dapat kita cermati bahwasannya
tujuan pendidikan adalah mencetak manusia untuk menjadi insan kamil dengan pola
yang bertaqwa.
Insan kamil adalah manusia yang utuh jasmani dan rohani ,dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal.Kemudian insan kamil tersebut haruslah
menghiasi dirinya dengan nilai-nilai keagamaan dalam rangka menjadikan dirinya
sebagai hamba Allah swt.
Berbeda dengan Omar at-Toumi al-Syaibani seperti yang dikutip oleh Dr.H.
Jalaluddin mengatakan bahwasannya tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlaq hingga mencapai akhlaq
karimah.[7] Tujuan
yang diberikan oleh Omar at-toumi
al-Syaibani sama dengan tujuan yang akan dicapai oleh para rasul dan Nabi,yaitu
membimbing manusia agar manusia tersebut
berakhlaq mulia.
Yang dimaksud dengan akhlaq mulia
disini adalah,bagaimana manusia bisa memposisikan dirinya sebagai hamba Allah
sehingga manusia tersebut tidak melanggar aturan-aturan Allah dan mengerjakan
seluruh suruhan-suruhan Nya. Kemudian manusia tersebut dapat mengadakan
interaksi yang baik dengan sesama makhluq Allah dimuka bumi ini,sehingga
manusia tidak mengadakan perusakan dimuka bumi Allah dan senantiasa memakmurkan
dan melestarikan alam ciptaan Allah.
Kemudian yang terakhir yang dimaksud
dengan Akhlaq mulia disini adalah manusia tersebut dapat berakhlaq dengan diri
pribadi dengan cara menjaga kesinambungan kehidupannya dan tidak menjerumuskan
dirinya kepada apa-apa yang dimurkai olah Allah.
Adapun menurut Ahmad D Marimba dalam
bukunya Pengantar filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah sama dengan tujuan hidup
seorang muslim yaitu beribadah kepada Allah.[8]Tujuan
ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
Artinya:” Dan tidaklah kami jadikan golongan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah.
Menurut H Muzayyin Arifin,tujuan
pendidikan Islam adalah meciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan
tinggi,dimana iman dan taqwanya menjadi pengendali dalam
penerapan atau pengalamannya dalam masyarakat manusia. Bilamana tidak
demikian,maka derajat dan martabat diri pribadinya selaku hamba Allah akan
merosot,bahkan akan membahayakan umat manusia lainnya.[9]
Dari tujuan-tujuan yang diberikan oleh para ahli diatas,dapatlah kita
mengambil suatu kesimpulan bahwasannya tujuan pendidikan Islam adalah mencetak suatu generasi yang dapat mengemban misi penciptaannya
dimuka bumi ini yaitu beribadah kepada Allah.mempunyai akhlaq yang baik dan menjadi perpanjangan tangan dari Allah SWT untuk
mengatur,memakmurkan dan melestarikan bumi ini dalam rangka pengabdian kepada
Allah Swt.
Untuk menjadikan manusia yang berakhlaq mulia,insan kamil,dan menjadikan
manusia sebagai hamba Allah,tidak lain dengan pendidikan. Pendidikan adalah kunci dari berhasil atau tidaknya kita menciptakan apa
yang kita katakan dengan insan kamil.akhlaq mulia,dan hamba Allah.
Pendidikan tidak hanya melatih dan menggembleng kognitif para peserta
didik, Lebih dari itu pendidikan juga memfokuskan pada perkembangan afektif, psikomotorik
dan juga keimanan pesrta didik kepada Allah SWT.
Berapa banyak kita melihat lembaga-lembaga pendidikan yang mencetak kader
yang dari segi intelektualnya dapat
dibanggakan. Akan tetapi kecerdasan intelektual tersebut
tidak diiringi oleh kecerdasan spiritual, sehingga keintelektualannya menjadi dominan
dalam dirinya dan mengabaikan nilai-nilai spiritual. Sehingga manusia berjalan akan tetapi berjalannya tanpa ada suatu tujuan
yang jelas
Pendidikan islam tidaklah mempunyai tujuan yang seperti
itu. Pendidikan Islam menyatukan dan mengombinasikan antara
kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Yang mana generasi-generasi yang seperti inilah yang diharapkan dapat
menjadi pemimpin, mujahid sekaligus mujadid dimuka bumi ini.
C. Fungsi Pendidikan Islam.
Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu secara sadar perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.adapun secara
makro (luas) ialah sebagai alat:
1.
Pengembangan
pribadi
2.
Pengembangan
warga Negara
3.
Pengembangan
kebudayaan
4.
Pengembangan
bangsa.[10]
Sedangkan menurut Muzayyin Arifin
dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam
mengatakan bahwa fungsi dari pendidikan adalah menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan tersebut dapat berjalan lancer.[11]
Berdasarkan fungsi pendidikan
diatas,apa bila kita kaitkan dengan pendidikan islam, maka pendidikan islam
tersebut merupakan suatu sarana dalam rangka membentuk perkembangan jasmani dan
rohani berdasarkan nilai-nilai islami. Pendidikan islam dikatakan sebagai
sarana dikarnakan pendidikan tersebut dijadikan wasilah dalam rangka
mendidik, mencetak kepribadian manusia dalam rangka mencapai tujuan dari
pendidikan islam itu sendiri.
Pada prinsipnya mendidik adalah
memberikan tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik. Didalam
pengertian memberikan tuntunan telah tersimpulkan suatu dasar pengakuan bahwa
anak memiliki daya-daya atau potensi untuk berkembang. Potensi yang ada pada
anak akan selalu berkembang. agar potensi tersebut berkembang kearah yang
positif, maka anak memerlukan bantuan, bimbingan dan juga arahan. Jika tidak adanya
unsur bantuan dan bimbingan yang
diberikan kepada peserta didik atau anak, maka potensi tersebut tetap tinggal
potensi belaka yang tidak sempat diaktualisasikan. Dengan kata lain potensi
yang tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan arahan.maka potensi tersebut
tidak akan berkembang bahkan akan hilang.
D. Kurikulum Pendidikan Islam.
Menurut al-syaibani,seperti yang dikutip oleh Nur uhbiati dalam bukunya
Ilmu Pendidikan Islam, kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,
social, olah raga, dan kesenian yang disediakan sekolah bagi murid-murid
didalam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang
menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan
pendidikan.[12]
Dari defenisi diatas dapat kita simpulkan
bahwa dalam kurikulum tersebut mempunyai empat unsur utama:
1.
Tujuan-tujuan
yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. Dengan perkataan lain orang seperti apa
yang akan kita bentuk.
2.
Pengetahuan,
informasi-informasi, data-data pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk
kurikulum itu. Bagian ini sering kita sebut dengan mata pelajaran
3.
Metode
dan cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mendorong siswa dalam
belajar dan membawa para siswa tersebut pada tujuan dari kurikulum tersebut.
4.
Metode
dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan
hasil proses pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum.
Secara lebih singkat lagi dapat kita katakana kurikulum tersebut
mengandung tujuan-tujuan, isi atau mata pelajaran, metode mengajar,dan metode
penilaian.
Berbicara tentang tujuan-tujuan dari kurikulum tergantung pada
tujuan-tujuan yang menjadi misi dalam mazhab-mazhab pendidikan. Mahmud Yunus
dalam bukunya At-tarbiyah wa at-ta’lim mengatakan perbedaan kurikulum
dalam pendidikan lebih disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
Ø Perbedaan dalam memahami hakikat dari pendidikan
Ø Perbedaan dan kecendrungan
dalam memahami tujuan hidup[13]
Pemahaman terhadap hakikat dari pendidikan menyebabkan perbedaan dalam
penyusunan kurikulum, demikian pula halnya dengan perbedaan dalam tujuan hidup.
Manusia yang memandang bahwa tujuan hidupnya adalah dunia, maka kurikulum yang
akan disusunnya adalah kurikulum yang menunjang kesuksesan hidup didunia
semata,tanpa memperhatikan kehidupan setelah dunia.
Sebagai contoh konkrit dapat kita lihat pada pendidikan orang-orang
Sparta(salah satu kerajaan Yunani kuno). Orang-orang Sparta beranggapan bahwa
tujuan hidup mereka adalah untuk berbakti kepada Negara, untuk memperkuat Negara.
Dan pengertian kuat menurut orang-orang Sparta dalah kekuatan fisik. Untuk
menunjang kekuatan fisik tersebut,maka pendidikan pada orang-orang Sparta lebih
menitik beratkan pada pendidikan fisik. Otomatis kurikulum dalam pendidikannya
memuat tata cara dan aturan-aturan bagaimana membuat peserta didiknya mempunyai
fisik yang kuat.
Demikian pula dengan pandangan-pandangan golongan yang lain
terhadap tujuan pendidikan yang mempengaruhi golongan tersebut dalam penyusunan
kurikulum.
a.
Prinsip-prinsip kurikulum
Dalam menyusun kurikulum yang kita gunakan sebagai salah satu alat
dalam mencapai tujuan pendidikan, kita perlu memperhatikan beberapa prinsip
yang mendasar dalam kurikullum tersebut, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
Ø Prinsip pertama adalah pertautan yang sempurna dengan agama termasuk
ajaran dan nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum termasuk
falsafah, tujuan, kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan haruslah
berdasarkan Islam, dan bertujuan untuk membina pribadi dalam membentuk manusia
yang islami pula.
Ø Prinsip kedua adalah menyeluruh pada tujuan dan kandungan
kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi semua aspek pribadi pelajar, maka
kandungannyapun harus meliputi yang berguna untuk membina pribadi pelajar yang
berpadu dan membina akidah ,akal dan jasmaninya. Begitu juga yang bermamfaat
bagi masyarakat dan perkembangan spiritual, kebudayaan, social ekonomi, termasuk
ilmu agama dan lain-lain
Ø Prinsip ketiga dalah keseimbangan yang relativ antara tujuan dan
kandungan kurikilum. Kalau perhatian pada aspek spiritual dan syariat lebih
besar, maka aspek spiritual tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam
kehidupan. Ini karena agama Islam yang menjadi sumber ilham kurikulum dalam
menciptakan falsafah dan tujuannya menekankan kepentingan dunia dan akhirat, serta
mengakui pentingnya jasmani akal dan jiwa. Oleh karena itu kaum muslimin harus
memilih jalan tengah, keseimbangan dan kesederhanaan dalam segala sesuatu
Ø Prinsip keempat berkaitan dengan bakat, minat kemampuan dan kebutuhan
pelajar, begitu juga dengan alam sekitar fisik dan sosial tempat pelajar itu
hidup dan berinteraksi untuk memperoleh pengetahuan, kemahiran pengalaman dan
sikapnya. Dengan memelihara prinsip ini,kurikulum akan lebih sesuai sifat
semula jadi pelajar, lebih memenuhi kebutuhannya dan lebih sejalan dengan
suasana alam sekitar dan kebutuhan masyarakat.
Ø Prinsip kelima adalah pemeliharaan perbedaan individual antara
pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga
pemeliharaan perbedaan dan kelainan diantara alam sekitar. Pemeliharaan ini
dapat menambah kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan pelajar dan masyarakat
serta menambahkan fungsi dan gunanya sebagaimana menambahkan keluwesannya
Ø Prinsip keenam adalah prinsip perkembangan dan perubahan slam yang
menjadi pengambilan filsafah, prinsip,d asar kurikulum. Metode mengajar
pendidikan Islam mencela sifat meniru (taklid) scara membabi buta atau pun
bertahan pada suatu yang kuno yang diwarisi dan mengikuti tampa selidik.Islam
mengalahkan perkembangan dan perubahan
yang berlaku dalam kehidupan.
Ø Prinsip ketujuh adalah prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktiva yang terkandung dalam
kurikulum. Begitu juga dengan pertautan
antara kandungan dan kebutuhan murid, kebutuhan masyarakat, tuntutan zaman
tempat belajar. Begitu juga dengan perkembangan yang logis yang tidak melupakan
kebutuhan,bakat,dan minay murid.[14]
Dari prinsip - prinsip
diatas dapat kita lihat bahwasannya kurikulum pendidikan islam haruslah
meliputi semua faktor yang ada dalam kehidupan manusia. Didalam islam tidak
mengenal adanya dikotomi ilmu. Islam adalah agama dan ajaran yang sempurna yang
tidak membedakan ilmu dunia dan akhirat. Ilmu yang diberikan Allah tidak lain
dan tidak bukan sebagai sarana seorang hamba untuk mengabdi dan lebih mengenal
sang pencipta.
Kurikulum Pendidikan Islam juga memuat suatu
keseimbangan antara aspek spiritual dan aspek kehidupan. Keseimbangan ini
diharapkan akan membentuk suatu kepribadian yang dapat hidup ditengah-tengah
masyarakat dan meberikan suatu solusi terhadap masalah-masalah yang muncul
dimasyarakat.
Umat Islam yang
dalam kehidupannya hanya menguasai ilmu-ilmu yang syar’i dan melupakan
persoalan-persoalan yang berkembang ditengan masyarakat, maka umat tersebut
akan berada tertinggal jauh dibelakang, dan kejumudan akan menyelimuti
kehidupan umat tersebut. Untuk menghapuskan hal-hal tersebut, maka dalam
penyusunan kurikulum pendidikan Islam harus adanya keseimbangan, dan kaum muslimin
harus memilih jalan tengan,yakni keseimbangan dan kesederhanaan dalam segala
sesuatu.
b. Pengklasifikasian kurikulum menurut
para ahli.
Imam Al-ghazali
menytakan ilmu-ilmu pengetahuan yang harus dijadikan bahan kurikulum lembaga
pendidikan yaitu:
Ø Ilmu-ilmu yang fardhu ‘ain yang wajib dipelajari oleh semua
orang islam meliputi ilmu-ilmu agama yakni ilmu yang bersumber dari Al-Quran
dan hadis.
Ø Ilmu-ilmu yang merupakan fardhu kifayah, terdiri dari ilmu-ilmu
yang dapat dimanfa’atkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, seperti ilmu
hitung, ilmu kedokteran. ilmu tekhnik, ilmu pertanian, industri dan lain-lain.
Dari kedua kategori ilmu-ilmu tersebut,Al-Ghazali merinci lagi
kurikulum menjadi beberapa bagian:
Ø Ilmu-ilmu Al-Quran dan ilmu agama seperti Fiqh,Hadist,dan Tafsir
Ø Ilmu bahasa seperti nahwu,shorof,makhraj,dan lafal-lafalnya yang
membantu ilmu agama
Ø Ilmu-imu yang fardu kifayah,terdiri dari berbagai ilmu yang
memudahkan urusan kehidupan duniawi seperti
kedokteran,matematika,tekhnonogi,ilmu politik,dan lain sbagainya
Ø Ilmu kebudayaan,seperti syair,sejarah,dan beberapa cabang filsafat.[15]
Ibnu Sina memberikan klasifikasi ilmu pengetahuan untuk dajarkan
kepada anak didik dalam dua macam,yaitu:
Ø Ilmu Nadari atau ilmu teoritis,yang termasuk dalam jenis ini adalah
ilmu alam,ilmu riady (ilmu matematika),ilmu ilahi,yaitu ilmu yang
mengandung ikhtibar tentang maujud dari alam dan isinya yang dianalisa secara
jujur dan jelas.
Ø Ilmu-ilmu amali (praktis) yang terdiri dari berapailmu
pengetahuan dan prinsip-prinsipnya berdasarkan atas sasaran-sasaran
analisisnya.Misalnya ilmu yang menganalisis tentang prilaku manusia dilihat
dari aspek sosial,maka akan timbul ilmu siasah.
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa seluruh ilmu
yang ada dalam Al-quran harus diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu tersebut
meliputi:
1. ilmu agama
2. sejarah
3. falak
4. ilmu bumi
5. ilmu jiwa
6. ilmu kedokteran
7. ilmu pertanian
8. biologi
9. ilmu hitung
10. ilmu hukum
11. ilmu kemasyarakatan
12. ilmu ekonomi
13.
balaghah
14. serta bahasa Arab.
Menurut penulis, penyusunan kurikulum haruslah sesuai dengan visi
,misi dan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Semua yang mendukung dalam
rangka tercapainya visi.misi,dan tujuan pendidikan tersebut haruslah diajarkan kepada
siswa, tanpa membedakan mana pendidikan agama dan pendidikan umum, hal tersebut
perlu diperhatikan agar out put yang dihasilkan sesuai dengan apa yang
dicita-citakan oleh lembaga pendidikan tersebut.
Penyelenggara Pendidikan Islam harus menyadari bahwa kurikulum
pendidikan Islam harus mencerminkan idealitas quran yang tidak memilah-milah
jenis disiplin ilmu secara dikotomik, menjadi ilmu agama terpisah dari
ilmu-ilmu duniawi yang lazim disebut umat Islam khususnya di Indonesia dengan
sebutan ilmu pengetahuan umum. Keselarasan dan kesempurnaan tidak akan
terwujud, kecuali dengan menyerasikan antara agama dan ilmu pengetahuan.
E. Pendekatan-Pendekatan Dalam
Pendidikan Islam
a. Pendekatan
Sains
Pendekataan
sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai
dasarnya.
Cara kerja
pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip - prinsip
dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, sehingga ilmu pendidikan dapat di iris-iris
menjadi bagian - bagian yang lebih detail dan mendalam.
Melalui
pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan
berbagai cabangnya, seperti:
· Sosiologi
pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi
dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan
· Psikologi
pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi
untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar.
· Administrasi
atau manajemen pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi
dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber
daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
· Teknologi
pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan
teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan
efisien.
· Evaluasi
pendidikan adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi
pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
· Bimbingan dan
konseling adalah suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa
disiplin ilmu, seperti sosiologi,
teknologi, terutama psikologi .
b. Pendekatan
Filosofi
Pendekatan
filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah
pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat
karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata,
yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul
masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak
terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak
mungkin dapat dijangkau oleh sains.[16]
c.
Pendekatan
Religi
Pendekatan
religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan
bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan
dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja
pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara
kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan
religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut
orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru
kemudian mengerti, bukan sebaliknya.[17]
Mengingat
kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori
pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan
menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan
holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan
memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
Kesimpulan
Pendidikan Islam Adalah Pendidikan
yang disusun sesuai dengan konsep Islam, yang mana konsep pendidikan Islam
tersebut identik dengan ajaran islam itu sendiri.
Berbicara mengenai tujuan Pendidikan
islam,maka kita akan menemui banyak tujuan-tujuan Pendidikan Islam yang
diberikan oleh para ahli,disini dapat kita simpulkan bahwasannya tujuan
Pendidikan islam itu adalah mencetak suatu generasi yang dapat mengemban misi
pencptaannya dimuka bumi ini,yaitu beribadah kepada Allah,berakhlaq karimah dan
menjadi perpanjangan tangan Allah dalam memakmurkan bumi ini.
Adapun fungsi dari pendidikan islam
itu sendiri adalah;1, Pengembangan pribadi, 2 Pengembangan
warga Negara,3 Pengembangan kebudayaan,4 Pengembangan bangsa.
Daftar pustaka
Prof.
Dr. H. Jalaluddin,Teologi Pendidikan,Jakarta:Rajawali Pres,tahun 2003
Dra.
Nur Uhbiati,Ilmu Pensisikan Islam,Bandung:Pustaka Setia,tahun 1999
Drs,
Ahmad D Marimba,Pengantar Filsafat pendidikan Islam,Bandung:PT
Al-Ma’arif,tahun 1962
Prof.H.Muzayyin
Arifin,Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta:Bumi aksara,tahun 2009
Drs.
Fuad Ihsan,Dasar-Dasar Kepandidikan,Jakarta:PT Rineka Cipta,tahun 2003
Mahmud
Yunus,At-Tarbiyah Wa At-Ta’lim (Arab),Pustaka Dar As-saam,tth
Drs.
Hamdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung:Pustaka Setia,tahun
1998
http://Akhmadsudrajat.worldpress.com/2009/01/07
[1]
Prof.Dr.H.Jalaluddin,Teologi
Pendidikan,Rajawali Pers,Jakarta 2003,hal 70
[3]
Ibid,hal 114
[4]
ibid
[5]
Ibid,hal 72
[6]
Dra Nur uhbiati,Ilmu Pendidikan Islam,Pustaka Setia,Bandung,1999,hal 41
[7]
Prof,Dr.H. Jalaludin op cit
hal 92
[8]
Drs.Ahmad D Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,PT Al-Ma’arif
Bandung,1962,hal 47.
[9]
Prof.H. Muzayyin Arifin,Filsafat pendidikanIslam,Bumi
aksara,Jakarta,tahun2009,hal 112
[10]
Drs Fuad Ihsan,Dasar-Dasar Kependidikan,Rineka Cipta,Jakarta,tahun
2003,hal 11
[11]
Prof.Dr Muzayyin Arifin,op cit hal 34
[12]
Dra.Nur Uhbaiti,op cit hal 75
[13]
Mahmud Yunus,At-tarbiyah wa at-ta’lim,pustaka Dar-as-salam tth.hal 8
[14]
Drs.H. HAmdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Pustaka
Setia,Bandung,tahun1998,hal 135
[15] Ibid,hal
143
[16]
http://akhmad sudrajat.wordpress.com/2009/01/07
[17] ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar