Senin, 16 Januari 2012

Modernisasi Pendidikan di Mesir

Modernisasi Pendidikan di Mesir
Sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan pergerakan pembaharusn Islam. Hal ini dikarenakan sebagaimana yang diungkapkan Eposito, hampir seluruh pelaku-pelakunya adalah tokoh-tokoh pembaharuan agama. Diantara tokoh-tokh tersebut adalah; Hasan Al Bana, Rasyid Ridho, Jamaludin Al afgani, Muhammad Ali Pasha dan yang lainnya
Secara Historis kesadaran pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tahun 1798 M. Tujuan utamanya adalah menguasi daerah Timur. Napoleon Bonaparte menjadikan Mesir hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada waktu itu dibawah pengaruh kolonial Inggris. Kedatangan Napoleon Bonaparte disertai dengan membawa 160 pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan huruf latin dan Arab, dan peralatan exsperimen. Tidak hanya itu, dia mendirikan lembaga riset yang bernama Institut d’Egypte, yang terdiri dari empat departemen.
Menurut Joseph S Szy Lioweis, untuk memenuhi kebutuhan akspedisinya, Napoleon berusaha keras mengaenalkan tekhnologi dan pemikiran modern kepada Mesir serta menggali Sumber Daya Manusia (SDM)  Mesir dengan cara mengalihkan budaya tinggi Prancis kepada masyarakat setempat. Sehingga dalam waktu yang tidak lama banyak diantara cendikiawan Mesir belajar tentang perpajakan, pertanian, kesehatan, administrasi dan arkeologi.
Ekspedisi Napoleon ke Mesir membawa angin segar dan perubahan signifikan bagi sejarah perkembangan bangsa Mesir, terutama yang menyangkut pembaharuan dan modernisasi pendidikan disana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi Perancis banyak memberikan Inspirasi bagi tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan perubahan secara mendasar sistem dan kurikulum pendidikan yang sebelumnya dilakukan secara konvensional. Diantara tokoh-tokoh yang mendapat inspirasi tersebut adalah Muhammad Ali Pasha, dan Muhammad Abduh. Dua tokoh ini secara historis kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.
Dari sini dapat kita lihat perubahan sistem pendidikan di Mesir dimulai sejak masuknya Napleon Bonaparte ke Mesir dan dikenalkannya budaya Prancis kepada orang-orang Mesir.
A. Muhammad Ali Pasha : Peletak dasar-dasar pendidikan modern di Mesir
Beliau lahir d Kawallah, Yunani pada tahun 1765, seorang turunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Ketika kecilnya beliau menghabiskan waktu untuk membantu orang tua dan tidak sempat mengenyam pendidikan. Pada usia dewasa  ia bekerja sebagai pemungut pajak, dan karena keberhasilannya, ia kemudian diangkat menantu salah seorang Gubernur Usmani. Selanjutnya ia masuk dinas Militer dan kariernya terus naik. Ketika pengiriman pasukan ke Mesir, ia diangkat sebagi wakil perwira yang mengepalai pasukan. Dalam pertempuran yang terjadi dengan tentara Prancis, ia menunjukkan keberanian yang luar biasa dan segera diangkat menjadi kolonel. Ketika tentara Perancis keluar dari Mesir pada tahun1801, Muhammad ali Pasha turut memerankan peranan penting dalam kekosongan politik akibat hengkangnya tentara Perancis tersebut. Dalam waktu yang bersamaan, dari Istambul datang pula Pasa dengan tentara Ustmani yang menguasai Mesir. Muhammad Ali dapat memenangkan nya dan mengangkat dirinya sebaga Pasa baru pada tahun 1805 dengan persetujuan penguasa Ustmani di Istambul Turki.
Adapun untuk memajukan pendidikan, Muhammad Ali pasa melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Membangun sekolah-sekolah baru yang diilhami oleh ide-ide yang berkembang di Eropa. Tujuan utama mendirikan sekolah ini adalah mengisi kekosongan tenaga administrasi pemerintah dan tenaga ahli dalam bidang tertentu
2.      Mengirim tidak kurang dari 311 mahasiswa dikirim ke Eropa, utamanya ke Prancis, Itali, dan Inggris untuk belajar administrasi negara dan ilmu kemiliteran.
3.      Mengadopsi dan memasukkan sistem dan kurikulum pendidikan barat ke dalam kurikulum pendidikan Mesir
4.      Menterjemahkan buku-buku militer dan politik kedalam bahasa Arab. Melalui buku-buku ini masyarakat Mesir mulai mengenal bangsa lain  dan keilmuan bangsa Perancis dan bangsa barat lainnya.


B Muhammad Abduh : Modernis Pendidikan Sejati
Muhammad Abduh adalah tokoh pembaharuan paruh kedua abad ke XIX. Beliau lahir dan besar dilingkungan pedesaaan . Ia belajar kepada Syaikh Ahmad Thantha pada tahun 1862. Dan pada tahun 1866 ia meneruskan pendidikannya di Al-Azhar. Disini ia berjumpa dengan Jamaluddin al Afghani kali pertama dan menjadi muridnya pada tahun1871 sewaktu menetap di Mesir. Pada tahun 1877 ia berhasil menyelesaikan studinya di al Alzhar dengan mendapatkan gelar ‘alim dan mengajar disana. Tidak lama kemudian ia bersama-sama dengan gurunya diusir dari Mesir karena kasus politik. Pada tahun1880 ia kembali lagi ke Mesir dan diangkat menjadi redaktur Waqi’ul Mishriyyah, surat kabar resmi pemerintah Mesir. Karirnya terus menanjak hinggga akhirnya menjadi anggota majlis a’la al Azhar pada tahun 1894. Pada saat itulah ia melakukan perombakan dan perbaikan secara mendasar terhadap Al Azhar menjadi Universitas.
Menurut Muhammad Abduh, umat  Islam haruslah lepas dari sifat jumud ( statis ) karena sifat ini penyebab kemunduran dan menyebabkan umat Islam tidak dinamis, berhenti berfikir dan berusaha. Hal-hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip keimanan Islam yang mengandung unsur-unsur gerak dinamis.
Masih menurut Muhammad abduh, umat Islam haruslah dinamis, Islam tidak bertentangan  dengan ilmu pengetahuan modern. Kemajuan Islam sebagaimana yang pernah dicapai pada masa keemasannya adalah karena mementingkan ilmu pengetahuan. Yang berarti porsi yang besar bagi akal untuk memahami ayat-ayat Tuhan, baik ayat qauliyah maupun kauniyah. Karenanya perlu memasukkan kurikulum baru mengenai ilmu pengetahuan modern ke dalam madrasah sebagai sarat mencapai kemajuan.

Tidak ada komentar: