Modernisasi Pendidikan di Mesir
Sejarah
modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan pergerakan pembaharusn
Islam. Hal ini dikarenakan sebagaimana yang diungkapkan Eposito, hampir seluruh pelaku-pelakunya adalah tokoh-tokoh
pembaharuan agama. Diantara tokoh-tokh tersebut adalah; Hasan Al Bana, Rasyid
Ridho, Jamaludin Al afgani, Muhammad Ali Pasha dan yang lainnya
Secara
Historis kesadaran pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir dari
datangnya Napoleon Bonaparte di
Alexandria, Mesir pada tahun 1798 M. Tujuan utamanya adalah menguasi daerah
Timur. Napoleon Bonaparte menjadikan
Mesir hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada waktu
itu dibawah pengaruh kolonial Inggris. Kedatangan Napoleon Bonaparte disertai dengan membawa 160 pakar ilmu
pengetahuan, dua set percetakan huruf latin dan Arab, dan peralatan exsperimen.
Tidak hanya itu, dia mendirikan lembaga riset yang bernama Institut d’Egypte, yang terdiri dari empat departemen.
Menurut
Joseph S Szy Lioweis, untuk memenuhi kebutuhan akspedisinya, Napoleon berusaha
keras mengaenalkan tekhnologi dan pemikiran modern kepada Mesir serta menggali
Sumber Daya Manusia (SDM) Mesir dengan
cara mengalihkan budaya tinggi Prancis kepada masyarakat setempat. Sehingga
dalam waktu yang tidak lama banyak diantara cendikiawan Mesir belajar tentang
perpajakan, pertanian, kesehatan, administrasi dan arkeologi.
Ekspedisi
Napoleon ke Mesir membawa angin segar dan perubahan signifikan bagi sejarah
perkembangan bangsa Mesir, terutama yang menyangkut pembaharuan dan modernisasi
pendidikan disana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi Perancis banyak
memberikan Inspirasi bagi tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan perubahan secara
mendasar sistem dan kurikulum pendidikan yang sebelumnya dilakukan secara
konvensional. Diantara tokoh-tokoh yang mendapat inspirasi tersebut adalah
Muhammad Ali Pasha, dan Muhammad Abduh. Dua tokoh ini secara historis kiprahnya
paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.
Dari
sini dapat kita lihat perubahan sistem pendidikan di Mesir dimulai sejak
masuknya Napleon Bonaparte ke Mesir dan dikenalkannya budaya Prancis kepada
orang-orang Mesir.
A. Muhammad Ali Pasha : Peletak dasar-dasar pendidikan modern di
Mesir
Beliau
lahir d Kawallah, Yunani pada tahun 1765, seorang turunan Turki dan meninggal
di Mesir pada tahun 1849. Ketika kecilnya beliau menghabiskan waktu untuk
membantu orang tua dan tidak sempat mengenyam pendidikan. Pada usia dewasa ia bekerja sebagai pemungut pajak, dan karena
keberhasilannya, ia kemudian diangkat menantu salah seorang Gubernur Usmani.
Selanjutnya ia masuk dinas Militer dan kariernya terus naik. Ketika pengiriman
pasukan ke Mesir, ia diangkat sebagi wakil perwira yang mengepalai pasukan.
Dalam pertempuran yang terjadi dengan tentara Prancis, ia menunjukkan
keberanian yang luar biasa dan segera diangkat menjadi kolonel. Ketika tentara
Perancis keluar dari Mesir pada tahun1801, Muhammad ali Pasha turut memerankan
peranan penting dalam kekosongan politik akibat hengkangnya tentara Perancis
tersebut. Dalam waktu yang bersamaan, dari Istambul datang pula Pasa dengan
tentara Ustmani yang menguasai Mesir. Muhammad Ali dapat memenangkan nya dan
mengangkat dirinya sebaga Pasa baru pada tahun 1805 dengan persetujuan penguasa
Ustmani di Istambul Turki.
Adapun
untuk memajukan pendidikan, Muhammad Ali pasa melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Membangun
sekolah-sekolah baru yang diilhami oleh ide-ide yang berkembang di Eropa. Tujuan
utama mendirikan sekolah ini adalah mengisi kekosongan tenaga administrasi
pemerintah dan tenaga ahli dalam bidang tertentu
2. Mengirim
tidak kurang dari 311 mahasiswa dikirim ke Eropa, utamanya ke Prancis, Itali,
dan Inggris untuk belajar administrasi negara dan ilmu kemiliteran.
3. Mengadopsi
dan memasukkan sistem dan kurikulum pendidikan barat ke dalam kurikulum
pendidikan Mesir
4. Menterjemahkan
buku-buku militer dan politik kedalam bahasa Arab. Melalui buku-buku ini
masyarakat Mesir mulai mengenal bangsa lain dan keilmuan bangsa Perancis dan bangsa barat
lainnya.
B Muhammad Abduh : Modernis Pendidikan Sejati
Muhammad
Abduh adalah tokoh pembaharuan paruh kedua abad ke XIX. Beliau lahir dan besar
dilingkungan pedesaaan . Ia belajar kepada Syaikh Ahmad Thantha pada tahun
1862. Dan pada tahun 1866 ia meneruskan pendidikannya di Al-Azhar. Disini ia
berjumpa dengan Jamaluddin al Afghani kali pertama dan menjadi muridnya pada
tahun1871 sewaktu menetap di Mesir. Pada tahun 1877 ia berhasil menyelesaikan
studinya di al Alzhar dengan mendapatkan gelar ‘alim dan mengajar disana. Tidak lama kemudian ia bersama-sama
dengan gurunya diusir dari Mesir karena kasus politik. Pada tahun1880 ia
kembali lagi ke Mesir dan diangkat menjadi redaktur Waqi’ul Mishriyyah, surat kabar resmi pemerintah Mesir. Karirnya
terus menanjak hinggga akhirnya menjadi anggota majlis a’la al Azhar pada
tahun 1894. Pada saat itulah ia melakukan perombakan dan perbaikan secara
mendasar terhadap Al Azhar menjadi Universitas.
Menurut
Muhammad Abduh, umat Islam haruslah
lepas dari sifat jumud ( statis )
karena sifat ini penyebab kemunduran dan menyebabkan umat Islam tidak dinamis,
berhenti berfikir dan berusaha. Hal-hal ini sangat bertentangan dengan
prinsip-prinsip keimanan Islam yang mengandung unsur-unsur gerak dinamis.
Masih
menurut Muhammad abduh, umat Islam haruslah dinamis, Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern. Kemajuan Islam
sebagaimana yang pernah dicapai pada masa keemasannya adalah karena
mementingkan ilmu pengetahuan. Yang berarti porsi yang besar bagi akal untuk
memahami ayat-ayat Tuhan, baik ayat qauliyah
maupun kauniyah. Karenanya perlu
memasukkan kurikulum baru mengenai ilmu pengetahuan modern ke dalam madrasah
sebagai sarat mencapai kemajuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar