Pendidikan
Era Global
“Sifat
Pendidik di Era Globalisasi Dalam Pandangan Islam”
A. Latar belakang Masalah
Dewasa ini
berbicara guru menjadi fenomena menarik, banyak dibicarakan orang baik
dikalangan para pakar pendidikan maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan hampir setiap hari dapat kita saksikan
dimedia elektronik ataupun media cetak yang memuat berita tentang guru. Akan
tetapi sangat disayangkan berita tersebut cendrung melecehkan bahkan
mendiskriminisasikan posisi guru,baik yang menyangkut kepentingan umum maupun
yang sifatnya sangat pribadi. Masarakat/orang tua muridpun kadang-kadang mencemooh dan menuding guru
tidak kompeten,tidak berkualitas dan sebagainya,mana kala putra putrinya tidak
bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan
tidak sesuai dengan keinginannya.
Persoalannya
kemudian,sikap dan prilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan,karena
memang ada sebagian oknum guru yang menyimpang dan melanggar dari kode etiknya.
Anehnya lagi kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh guru mengundang
reaksi yang begitu hebat dari masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan
adanya sifat yang demikian menunjukkan bahwa
guru merupakan figur yang menjadi panutan ditengah-tengah masyarakat.
BAB
II
Pembahasan
A. Hakikat Pendidik
Pendidik adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak
didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya,mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah sebagai khalifah dipermukaan
bumi,sebagai makhluk sosial
dan sebagai makhluk individu yang sanggup berdiri sendiri[1].
Dari uraian
diatas dapat kita lihat bahwasaanya pendidik merupakan orang yang dewasa,dewasa
dalam bertindak,bertingkah laku,bersikap dan memiliki kearifan dalam menyikapi
persoalan-persoalan yang sedang dihadapinya. Kedewasaan ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pendidik
sebelum dia mendewasakan orang lain yakni anak didiknya.
Dengan
kedewasaan yang ditampilkan oleh seorang pendidik dihadapan anak didiknya maka
diharapkan akan menjadi contoh suri tauladan bagi peserta didik,dan lebih jauh
lagi akan membentuk suatu karakter yang terinternalisaasi dalam kepribadian
peserta didik.
Pendidik dalam pandangan tradisonal sering
juga disebut dengan guru atau pengajar, yang mana guru adalah seorang yang
berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta
didiknya[2].
Dari sini dapat
kita lihat perbedaan yang mendasar antara guru sebagai pendidik dan guru
sebagai pengajar. Guru sebagai pendidik tidak hanya sebatas berdiri didepan
kelas dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Lebih dari itu
pendidik juga bertanggung jawab terhadap akhlaq anak didiknya dan juga
factor-faktor yang menjadikan anak didik tersebut berhasil dalam kehidupannya.
Pendidik tidak dapat berlepas diri dari masalah kebersihan tubuh anak didiknya,pendidik
tidak bisa mengabaikan masalah kesehatan anak didiknya. Pendek kata seorang
pendidik harus memperhatikan peserta didikya dari segala aspek baik aspek khuluqiah,’aqliyah
dan juga jismiah[3].
Dari apa yang
diuraikan diatas,begitu mulianya seorang guru dan juga begitu kompleksnya
permasalah yang dihadapi oleh guru dalam rangka mencetak kepribadian yang ideal
menurut pandangan Islam. Karena ditangan pendidiklah yang menentukan arah dari
perjalanan bangsa ini. Baik dan buruknya bangsa ini tidak terlepas dari
kualitas guru yang kita miliki.
Sosok guru merupakan hal paling utama bagi keberhasilan
suatu sistem pendidikan. Ditengah kemajuan zaman dan tantangan yang semakin
pesat, idealnya guru harus terus belajar, kreatif mengembangkan diri dan terus menyesuaikan
pengetahuan dan cara mengajarnya dengan penemuan-penemuan kontemporer. Namun,
realitas yang ada pada umumnya guru sulit untuk selalu semangat mengembangan
kepribadiannya. Bahkan sekedar untuk mengikuti berbagai macam kursus, seminar,
pelatihan dan kegiatan semacamnya
Kurangnya pengembangan diri yang dilakukan oleh pendidik
pada saat ini lebih disebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap nasib
para guru. Kita tidak bisa menutup mata dengan begitu banyaknya guru kita yang
mendapatkan imbalan dari hasil kerjanya
yang dibawah dari standar kelayakan. Sehingga para guru tidak fokus untuk
menekuni profesinya bahkan terkesan asalan dalam menjalankan kewajibannya[4]
Apa bila yang di dapatkan oleh guru tidak dapat untuk
menunjang kehidupannya sehari-hari, bagaimana guru dapat mengembangkan dan
menambah ilmu pengetahuannya? Tidak kita pungkiri dalam mengembangkan diri dan
menambah ilmu pengetahuan guru memerlukan dana dan biaya, sekarang
permasalahannya, siapakah yang akan menanggung biaya yang diperlukan guru dalam
rangka mengembangkan dirinya .
Sebagai figur sentral
dalam dunia pendidikan, guru seyogyanya dapat menjadi proses interaksi tidak
hanya dalam proses pembelajaran, namun juga seharusnya lebih utuh dan
menyeluruh. Oleh karenanya guru harus memiliki karakteristik kepribadian yang
ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis. Konon, pada
zaman dulu posisi guru disejajarkan dengan kaum priyayi yang selalu duduk di
deretan utama dalam berbagai hal. Mungkinkah posisi guru masa silam terlahir
kembali dimasa kini dan mendatang?
Guru diharapkan dapat membekali peserta didiknya sebagai penerus bangsa ini. Tentunya dengan melahirkan individu-individu yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual saja, namun juga mampu menghargai kebenaran, keadilan, kesejahteraan, perdamainan dan sikap penuh tanggungjawab guna memasuki era masa depan yang sangat kompetitif dan tiada batas. Sebuah mimpi besar bangsa ini yang tentu tidak sekedar menjadi utopia belaka, namun kita semua harus mampu untuk mewujudkannya.
Guru diharapkan dapat membekali peserta didiknya sebagai penerus bangsa ini. Tentunya dengan melahirkan individu-individu yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual saja, namun juga mampu menghargai kebenaran, keadilan, kesejahteraan, perdamainan dan sikap penuh tanggungjawab guna memasuki era masa depan yang sangat kompetitif dan tiada batas. Sebuah mimpi besar bangsa ini yang tentu tidak sekedar menjadi utopia belaka, namun kita semua harus mampu untuk mewujudkannya.
B. Sifat
pendidik di Era globalisasi dalam pendangan Islam
Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan di sebut dengan guru , yaitu meliputi
guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak- kanak , sekolah
menengah dan sampai dosen di perguruan
tinggi, kiay di pesantren dan sebagaianya . Namun guru bukan hanya menerima amanat dari orang tua untuk mendidik , melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya
Guru adalah
pendidik professional[5]
, karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan yang terpikul di pundak orang
tua. Mereka ini , tatkala menyerahkan
anaknya kesekolah , sekaligus beraarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru . Hal ini
pun menunjukkan bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru/ sekolah ,
karena tidak sembarang orang dapat menjadi guru. [6]
Di negara –negara Timur sejak dahulu kala guru di hormati oleh
masyarakat. Orang India menganggap guru
itu sebagai orang suci dan sakti. Di Jepang
guru di sebut sensei , artinya “ yang
lebih dahulu lahir , “ yang lebih tua “. Di inggris di katakan ,’’ teacher
“, dan di Jerman “ der lehrer “
keduanya berarti pengajar, akan tetapi
kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti “ pengajar melainkan juga “ pendidik “, baik di dalam
maupun luar sekolah . Ia harus menjadi penyuluh masyarakat.
Agama
Islam sangat menghargai orang – orang yang berilmu pengetahuan
( guru / ulama ), sehingga hanya mereka
sajalah yang pantas mencapai
ketinggian dan keutuhan hidup. Sebagaimana arti dari firman Allah dalam Al quran , artinya ”…. Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. …. “(Q.S Mujadalah ayat
:11 )
Dikarnakan begitu
tingginya derajat orang yang berilmu dan dia akan menjadi seorang pendidik.maka
pendidik tersebut harus memiliki sifat-sifat yang baik. Karena sifat yang
dimiliki oleh seorang guru secara psikologis akan mempengaruhi watak dan
prilaku anak didiknya.
Menurut
Athiyah Abrasi sebagaimana yang dikutip oleh Hamdani Ikhsan,guru harus memiliki
beberapa sifat,yang mana sifat-sifat tersebut harus dimiliki oleh guru atau
pendidik,sifat-sifat tersebut antara lain:
1. Memiliki sifat
zuhud,tidak mengutamakan materi dan mengajaar karena mencari keridloaan Allah[7].
Sifat zuhud harus dimiliki oleh
seorang guru,dengan bersikap zuhud akan menumbuhkan suatu keikhlasan dalam diri
guru. Yang mana kita ketahui keikhlasan sangat mempengaruhi guru dalam mendidik
anak-anak didiknya.
Apa bila kita melihat kebelakang,keberhasilan
pendidikan yang dilakukan oleh Nabi tidak terlepas dari keikhlasan Rasulullah
SAW dalam mendidik para sahabat. Nabi tidak pernah mengharapkan imbalan dari
apa yang dilakukannya,akan tetapi semata-mata mengharapkan ridlo Allah SWT.
Pada saat sekarang ini mendidik atau mengajar sudah
banyak yang dikomersialkan,tujuan mendidik bukan hanya untuk menanamkan
nilai-nilai Islam dalam jiwa peserta didik.melainkan pendidik lebih cendrung
untuk mengejar materi semata. Sehingga tujuan mendasar sebagai pendidik
dikalahkan dengan tujuan-tujuan yang lain yang dapat merusak nilai-nilai luhur
dari pendidikan itu sendiri.
Sifat zuhud dan ikhlas tidak juga kita artikan bahwa
guru tidak boleh menerima upah/gaji dari pekerjaannya tersebut. Akan tetapi
gaji/upah bukanlah satu-satunya tujuan seorang guru dalam mendidik anak
didiknya. Apa bila gaji atau upah sudah merupakan prioritas utama dari
pendidik,maka pendidik cendrung akan mengabaikan tugas-tugasnya dan hal ini
akan berpengaruh terhadap peserta didik dalam menyerap pengetahuan dari
pendidiknya.
2. Seorang guru
harus jauh dosa besar,sifat ria (mencari nama),dengki,permusuhan perselisihan
dan lain-lain sifat yang tercela[8].
Guru haruslah memiliki akhlaq yang mulia. Akhlaq mulia
haruslah tercermin dalam setiap gerak tindak perbuatannya dalam kehidupan
sehari-harinya. Guru adalah publik figur yang selalu menjadi titik perhatian bagi anak
didiknya. Sedikit kesalahan yang dilakukan guru akan menjadi sorotan murid dan murid
akan meniru kesalahan yang dilakukan oleh guru tersebut.
Menanamkan akhlaq karimah merupakan suatu kewajiban
bagi seorang guru. Karena akhlaq mulia merupakan realisasi dari ajaran
Islam[9].
Untuk menanamkan akhlaq yang mulia tersebut terlebih dahulu guru harus
menanamkan akhlaq tersebut dalam dirinya terlebih dahulu. Tanpa adanya ahklaq
yang terpuji pada diri seorang guru,maka tidak mungkin guru akan bisa menanamkan
akhlaq tersebut pada diri anak didiknya.
Diera globalisasi pada saat sekarang ini,akhlaq
karimah menjadi suatu hal yang sangat langka. Pengaruh dari kebudayaan luar
telah merubah sikap dan prilaku pada peserta didik. Belum lagi
pengaruh-pengaruh dari media elektronik yang diserap oleh peserta didik. Maka
disinilah peran guru untuk memberikan bimbingan dan bantuan kepada peserta
didik bagaimana kita menyikapi kemajuan dunia informasi dan tekhnologi pada saat sekarang ini. Tidak
selayaknya seorang guru melarang anak didiknya untuk berinteraksi dengan kemajuan tekhnologi
terutama dibidang informasi,akan tetapi seorang pendidik harus bijaksana
menjelaskan kepada peserta didiknya tentang efek negatif dan positif tentang
kemajuan tekhnologi tersebut. Sehingga para murid dapat memilah-milah mana yang
baik dan mana yang buruk dari kemajuan tekhnologi tersebut. Sehinga peserta
didik tidak asing terhadap tekhnologi dan disisi lain akhlaq peserta didik
tetap terjaga dari pengaruh-pengaruh negatif dari tekhnoogi informasi tadi.
3. Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya,ia
sanggup menahan diri,menahan kemarahan,lapang hati,banyak sabar dan jangan
pemarah karena sebab-sebab yang kecil,berkepribadian dan mempunyai harga diri[10].
Sabar merupakan
kunci keberhasilan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya[11].
Guru yang pemarah tidak akan disukai oleh para muridnya,kemarahan yang
berlebihan juga akan menghilangkan kewibawaan seorang guru dihadapan muridnya.
Selain itu seorang guru harus memiliki kesabaran dalam menghadapi anak
didiknya.
Kita sadari
pergeseran nilai-nilai pada yang ada pada peserta didik pada saat sekarang ini
sangatlah memprihatinkan pendidikan kita. Menghadapi masalah seperti ini maka
seorang guru harus menyikapinya dengan hati yang dingin dan lapang dada. Sangat
tidak bijaksana apa bila guru langsung menyikapinya dengan kekerasan dan tangan
besi.
Seorang pendidik
yang profesional haruslah mencari informasi tetang peserta didik sebagai bahan
untuk melakukan bimbingan dan pembinaan[12].
Dari informasi-informasi yang didapati oleh guru mengenai pergeseran
nilai-nilai yang ada pada peserta didik,dari sinilah guru memulai untuk
mengadakan pembinaan dan bimbingan kepada anak didiknya. Guru harus mencari
penyebeb-penyebab kenakalan dari anak didiknya dan memberikan solusi untuk
perbaikan pada masa yang akan datang.
Guru juga harus
memiliki sifat pemaaf yang tinggi. Sikap pemaaf seorang guru akan menimbulkan
simpati dari anak didiknya dan anak didik tidak akan merasa takut untuk
mengakui suatu kesalahan apabila pada suatu saat mereka berbuat kekhilafan.
Dari sifat pemaaaf seorang guru secara tidak langsung akan membentuk suatu
sifat jujur dan mengakui kesalahan pada anak didik. Guru yang tidak memiliki
sifat pemaaf yang tinggi akan menyebabkan anak didik takut mengakui
kesalahannya. Dan anak akan cendrung berbohong kepada gurunya apabila mereka
melakukan kesalahan.
Kesabaran guru
tidak hanya sebatas dalam menghadapi tingkah laku pada anak didik. Guru juga
dituntut kesabarannya dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didik. Hal
seperti ini memerlukan latihan yang bervariasi dalam menggunakan metode,serta
melatih jiwa dalam memikul kesusahan. Disamping itu guru harus memahami
bahwasannya siswa yang dihadapinya tidaklah sama dalam kemampuan
belajarnya,guru tidak boleh mengikuti hawa nafsunya ingin sagara melihat hasil
kerjanya sebelum pengajaran itu terserap dalam jiwa anak sehingga memiliki
hasrat untuk menerapkan dalam perbuatannya.
Dalam hal ini
yang harus dimengerti seorang guru bahwasannya menyentuh kawasan kognitif
peserta didik lebih mudah dibandingkan membentuk afektifnya. Jadi apa bila
terlihat kesenjangan antara materi yang disampaikan dengan pola tingkah laku
peserta didik maka guru tidak harus cepat-cepat memfonis bahwa pembelajaran
yang telah dilakukannya tidak berhasil,melainkan seorang guru harus memahami
bahwasannya kedewasaan siswa akan terbentuk secara perlahan-lahan dan secara
bertahap. Mungkin pada hari ini mereka belum bisa menerapkan apa yang
diajarkan,akan tetapi besok atau lusa norma-norma yang telahdisampaikan sedikit
demi sedikit akan terinternalisasikan dalam kehidupan anak didik.
4.Guru harus menguasai mata pelajaran
yang akan diberikannya serta memperdalam pengetahuannya sehingga mata pelajaran
yang diajarkan tidak bersifat akan bersifat dangkal.
Seorang guru yang baik selalu akan belajar dan
menambah pengetahuannya sehingga penguasaan terhadap materi akan menjadi luas.
Keluasan pengetahuan yang ada pada pendidik mempengaruhi pengetahuan yang akan
didapati oleh anak didik. Semakin luas pengetahuan pendidik akan suatu permasalahan,maka akan
semakin luas pula pengalaman yang akan didapat oleh peserta didik.
Guru yang sempit
wawasannya tidak akan dapat menjadikan proses pembelajaran menyenangkan.
Terlebih lagi apabila pendidik tersebut kurang memahami materi yang akan
diajarkan. Untuk itu,
pengembangan diri perlu dilakukan oleh guru,jangan sampai guru selangkah
tertinggal dari muridnya terhadap informasi-informasi terbaru.
Banyak hal yang
dapat dilakukan oleh seorang pendidik dalam mengembangkan pengetahuannya.
Pengembangan ini dapat dilakukan dengan cara formal dengan mengikuti
penataran,lokakarya,seminar,atau kegiatan ilmiah lainnya,ataupun sebara
informal melalui media massa televisi,radio,koran,dan majalah maupun yang
lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan,sekaligus dapat juga meningkkatkan sikap profesional guru[13].
Guru yang enggan
mengembangkan diri dan pengetahuan akan ditinggalkan oleh murid. Dalam proses
pembelajaran siswa akan merasa bosan apabila guru tidak dapat mengemas
pelajaran tersebut dengan sesuatu yang menarik dan baru bagi siswa. Sehingga
murid merasa jenuh dengan guru tersebut dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai oleh guru yang bersangkutan tidak terwujud.
5. Guru harus
memiliki wawasan dan pandangan kedepan.
Suatu saat
Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya “Ajarilah anak-anakmu,sesungguhnya
mereka hidup bukan pada zaman kalian”.
Dari hadis ini
terdapat suatu pesan dari Rasulullah kepada para pendidik untuk mempersiapkan
anak didiknya dalam rangka menyongsong kehidupan yang akan datang. Pendidik
tidak hanya mengajar dan mendidik anak didiknya untuk bersaing pada saat ini
akan tetapi lebih dari itu pendidik harus mempersiapkan anak didiknya untuk
bersaing dimasa yang akan datang.
Pendidik harus
mampu mencetak generasi-generasi yang unggul dalam menyongsong era globalisasi
dengan pengetahuan,keterampilan dan akhlaqul karimah.
Dalam rangka
menyongsong era globalisasi anak didik harus dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni sebagai modal
awal untuk melangkah kearah yang lebih maju. Disinilah peranan guru unutk dapat
mengetahui bakat,minat anak didiknya dan ditindak lanjuti dengan penyaluran
bakat dan minat peserta didiknya tersebut.
Kita ketahui
bahwasannya bakat dan minat antara peserta didik sangatlah beragam. Pendidik
tidak dapat memaksakan murid yang memiliki bakat olah raga untuk mempelajari
bidang eksakta ataupun sebaliknya.
Pada saat
sekarang ini pendidikan kita lebih cendrung untuk memaksakan beberapa mata
pelajaran yang bukan menjadi bakat dan
minat dari peserta didik. Sehingga peserta didik menerima pelajaran tersebut
hanya dengan bermalas-malasan dan
terkesan hanya untuk melepaskan suatu kewajiban. Akan tetapi kita tidak bisa
menutup mata,masih jarang sekali pendidikan kita yang menggali dan mencari
potensi anak serta menyalurkan dan membina peserta didik sesuai dengan
bakat,minat dari anak tersebut.
Apabila kondisi
pendidikan kita masih seperti ini maka
pendidikan kita makin akan terpuruk dan kita akan tertinggal dari negara-negara
lain dalam segala bidang.pendidik harus mampu merubah paradigma lama manuju
keperubahan yang mendasar dalam masalah pendidikan sehingga pendidikan kita
mampu bersaing dengan negara-negara lain dimuka bumi ini.
Lembaga
pendidikan Islam harus
bangga dengan identitas keIslamannya. Disamping dapat mencetak generasi-genarsi yang
handal dibidang ilmu pengetahuan,lembaga pendidikan Islam juga mempunyai nilai
lebih yang mungkin tidak kita temukan dilembaga-lembaga lain yaitu Akhlaqul
Karimah.
Yang mana pada
saat sekarang ini lembaga-lembaga pendidikan berlomba-lomba dan berbangga
karena telah dapat mengeluarkan intelektual-intelektual muda,akan tetapi mereka
miskin dalam hal Ahklaq dan norma-norma.
Penutup
Kemajuan
pendidikan suatu negara tergantung dari profesionalitas pendidik yang
mengajar.Diera globalisasi pada saat sekarang ini guru harus mampu mencetak
danmembimbing peserta didiknya agar tidak salah dalam mengambil langkah.
Untuk itu dalam
mendidik,seorang pendidik haruslah mempunyai persyaratan dan sifat-sifat yang
mau tidak mau harus ada dalam diri pendidik tersebut. Persyaratan ataupun
sifat-sifat yang ditentukan kepada para pendidik bukanlah untuk mempersulit
seseorang untuk menjadi pendidik ataupun seorang guru.
Persyaratan
ataupun sifat yang harus dimiliki pendidik lebih untuk peningkatan kualitas
pendidikan kita yang mana diantara sifat-sifat guru tersebut adalah:
1. Memiliki sifat zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar semata karena
mencari keridloaan Allah.
2. Seorang guru
harus jauh dari dosa besar,sihat ria (mencari nama),dengki,permusuhan
dan lain-lain sifat yang tercela.
3. Seoramg guru harus bersifat pema’af terhadap
murid-muridnya,ia harus sanggup menahan diri,menahan kemarahannya,lapang
hati,banyak sabar,dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang
kecil,berkepribadian dan mempunyai harga diri.
4. Guru harus
menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya, serta memperdalam
pengetahuannya sehingga mata pelajaran yang diajarkannya tidak akan bersifat
dangkal.
5. Guru harus
memiliki wawasan dan pandangan kedepan.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
tugas sebagai seorang guru adalah berat tapi sangat mulia. Dikatakan berat
sebab jabatan pendidik menuntut pengorbanan yang besar serta dedikasi yang
tinggi. Seorang pendidik tidak dapat
mengelak dari tugasnya dalam waktu kapan dan dimanapun bilamana anak
didiknya memerlukan bantuan dan pertolongannya. Jabatan pendidik dihormati
dimanapun dan kapanpun,walaupun gajinya sangat terbatas apabila dibandingkan
dengan jabatan lain yang tidak menuntut tanggung jawab sebesar tanggung jawab
pendidik. Disamping itu dari pendidik inilah orang yang tadinya buta huruf
menjadi mengetahui huruf, orang yang tadinya bodoh menjadi pandai,orang yang
semulanya berada dalam kegelapan menjadi terang benderang dan seterusnya.
Walhasil berkat jasa gurulah dari pendidiklah orang yang tadinya tidak dapat
berbuat sesuatu kemudian menjadi dapat berbuat segala macam.
Daftar Pustaka
Hamdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung:Pustaka
Setia,tahun 2009
Abdul Rakhmad,Profesi Keguruan,Sukabumi:Patlot Cendikia
Press,tahun 2007
Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,Jakarta:Raja Grfindo
Persada.tahun 2006
Martinis Yamin,Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP,Jakarta:
Agung Persada,tahun 2009
Jalaluddin,Teologi Pendidikan,Jakarta:Rajawali
Press,tahun 2003
Mahmud Yunus,At-tarbiyah wa At-ta’lim,Ponorogo:
Dar-Assalam Gontor,tth
Soetjipto,Profesi Keguruan,Jakarta:Rineka Cipta,tahun
2007
M
A K A L A H
PENDIDIKAN
ERA GLOBAL
SIFAT
PENDIDIK DI ERA GLOBALISASI DALAM PANDANGAN ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
: F I R D A U S
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI
SULTAN
SYARIF KASIM PEKANBARU
PROGRAM
PASCA SARJANA
PRODI
PENDIDIKAN ISLAM
[1]
Drs H. Hamdani Ihsan,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung:Pustaka Setia
2007,hlm93
[2]
Abdul Rahmat,Profesi Keguruan,Sukabumi:Patlot Cendikia Press,2007,hlm23
[3]
Ketiga aspek ini seperti yang diterangkan oleh Prof Mahmud Yunus dalam bukunya
At-tarbiyah Wa ta’lim yang mana dalam buku ini beliau menjelaskan tentang aspek
pendidikan yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik dalam menghantarkan
anak didiknya selamat didunia dan akhirat
[4]
Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidik,Jakarta:Raja Grafindo Persada,tahun
2006,hlm 3
[5]
Martinis Yamin,Profesonalisasi
Guru dan Implementasi KTSP,Jakarta: gaung Persada Pers,2007,hlm18
[7]
Hamdani Ikhsan,Filsafat Pendidikan Islam,Bandung: Pustaka setia,1998,hal
104
[8]
Hamdani Ikhsan,ibid,hlm 105
[9]
Dr. H. Jalaluddin,Teologi
Pendidikan,Jakarta:Rajawali Pers,2003,hlm 90
[10]
Hamdani Ihksan,Op Cit,hlm 105
[11]
Mahmud Yunus,At-tarbiyah wa
At-ta’lim,Ponorogo: Dar-Assalam Gontor,tth.hlm
[12]
Soetjipto,Profesi Keguruan,Jakarta:
Rineka Cipta,2007,hlm 34
[13] Soetjipto,Ibid hlm 55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar